Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bijaksanakah Menuding Rusuh Mako Brimob dan Rentetan Ledakan Bom Sebagai Upaya Pengalihan Isu?

21 Mei 2018   23:47 Diperbarui: 22 Mei 2018   01:42 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Political Vel Craft)

Rusuh Mako Brimob dan teror bom Gereja di Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru adalah tragedi kemanusiaan. Peristiwa Mako Brimob menelan 6 korban tewas dan 1 luka-luka, sedangkan bom Surabaya dan Sidoarjo menelan 25 korban tewas dan 57 korban luka yang dirawat di Rumah Sakit. (Tribunpekanbaru.com Selasa, 15 Mei 2018). 

Korban tidak hanya berasal dari kalangan orang dewasa saja, tetapi juga dari kalangan anak-anak kecil yang belum mengerti dan mengenal bom sama sekali. Dan beberapa anak juga diperalat orang tua pelaku untuk untuk ikut melakukan aksi ritual bom bunuh diri.

Tetapi anehnya masih ada beberapa oknum, dari kalangan politisi, dosen, guru dan masyarakat biasa, yang tega menuding bahwa peristiwa tersebut adalah rekayasa pemerintah dalam rangka pengalihan isu. 

Pertanyaannya adalah, dapatkah rusuh Mako Brimob dan teror bom Gereja di Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru digunakan pemerintah untuk pengalihan isu? Pengalihan isu dari masalah apa?

Kita menganalisanya sederhana saja dan tidak perlu pakai conspiracy theory atau chaos theory. Cukup dengan menggunakan alur berpikir sederhana saja dan tidak perlu dibuat rumit. Mari kita kupas satu-persatu.

Pertanyaan pertama: Apakah rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru merupakan prestasi pemerintah?

Prestasi apaan? Yang ada pasti lebih banyak yang menyebut dan setuju jika semua peristiwa itu dianggap sebagai kegagalan aparat keamanan khususnya BIN dalam deteksi dini dan pencegahan bahaya terorisme?

Jika iya, berarti rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru jelas tidak dapat digunakan sebagai pengalihan isu dari #2019GantiPresiden. Justru jika pemerintah yang berkuasa sekarang dianggap masyarakat gagal menangani keamanan maka #2019GantiPresiden makin menguat.

Pertanyaan kedua: Apakah rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru menunjukkan stabilitas nasional yang sehat?

Peristiwa kerusuhan dalam sebuah negara jelas mengancam stabilitas nasional yang berimbas kepada stabilitas ekonomi, dan sangat berpengaruh kepada indeks harga saham gabungan dan nilai tukar rupiah. 

Jika rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru dijadikan sebagai pengalihan isu terhadap semakin merosotnya nilai tukar rupiah, jelas sangat tidak masuk akal, yang ada semakin memperparah.

Pertanyaan ketiga: Apakah rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru merupakan upaya mendiskreditkan umat Islam?

Siapa bilang rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, bom Polres Sidoarjo dan Pekanbaru didalangi oleh umat Islam? Siapa bilang teroris itu merepresentasikan umat Islam? Hanya orang bodohlah yang berpikiran demikian. Terorisme jelas bukan ajaran Islam. Dan Islam jelas bukan teroris. Kedua hal tersebut dua hal yang sangat berbeda dan jangan dikait-kaitkan.

Jika pemerintah mendiskreditkan umat Islam dengan isu terorisme, maka pemerintah sama saja dengan "bunuh diri". Mayoritas penduduk negeri ini dan pemilik suara terbanyak dalam Pilpres jelas umat Islam, bagaimana mungkin pemerintah mendiskreditkan umat Islam?

Pertanyaan keempat: Apakah rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, bom Polres Sidoarjo dan Pekanbaru dapat digunakan Kepolisian Republik Indonesia untuk menambah anggaran dana penanggulangan terorisme?

Itulah sama sekali adalah pikiran yang mengada-ada dan sama sekali tidak berdasar. Mekanisme penetapan APBN disusun kementerian berdasarkan rencana dan prestasi kerja yang akan dicapai yang selanjutnya diajukan pemerintah ke DPR untuk dibahas dan ditetapkan. Jadi tidak sembarangan begitu saja seenak udel.

Jelas rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru bukan merupakan prestasi pemerintah, tidak dapat menaikkan stabilitas nasional untuk meningkatkan nilai tukar rupiah, juga jelas bukan upaya mendiskreditkan umat Islam atau upaya untuk menambah anggaran dana penanggulangan terorisme.

Justru secara politik semua peristiwa tersebut secara tidak langsung memperlemah posisi pemerintah yang berkuasa untuk melanjutkan pemerintahan 2 periode dan sebaliknya menguatkan atau membuka peluang bagi pihak oposisi untuk meraih kemenangan di Pilpres berikutnya.

Jadi jelas, siapapun yang menuding rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, bom Polres Sidoarjo dan Pekanbaru merupakan rekayasa pemerintah untuk pengalihan isu maka orang tersebut jelas tidak bijaksana tetapi bodoh.

(RS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun