Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lebih Pintar dari Presiden

11 Desember 2017   16:51 Diperbarui: 29 Januari 2018   19:04 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                          imgrum.org

(Pencerahan melalui logika sederhana)

Almarhum ayah saya adalah seorang petani. Beliau tidak pernah mengeyam pendidikan tinggi, hanya sempat menduduki bangku SMA tetapi tidak pernah selesai karena belum setahun bersekolah, beliau sudah berhenti karena situasi dan kondisi pada saat itu kurang mendukung.

Tetapi bagi saya, beliau adalah seorang ayah yang hebat. Beliau tidak hanya memberikan nafkah kepada kami semua anak-anaknya, tetapi beliau juga mengajarkan kami banyak hal, termasuk "aritmatika" dan salah satunya adalah "operasi hitung campuran bilangan pecahan" yang ayah sebut "sefren".

Itulah mungkin salah satu alasan mengapa saya menyukai matematika dan kemudian menjadi guru matematika seperti sekarang ini. Sebuah mata pelajaran yang tidak disukai lebih dari 70% murid disetiap kelas tetapi justru saya sangat menggemarinya. Tentu saja karena setiap ada PR yang sulit, ayah membuatnya menjadi mudah.

Suatu hari ketika saya pulang sekolah (waktu itu saya masih kelas 3 SD) sambil menjinjing kantong plastik yang berisi buku-buku saya, ayah bertanya: "Ada PR hari ini?", katanya sambil tersenyum tak sabar menunggu jawaban saya.

"Ada, tapi sulit betul. Bahkan Presiden sekalipun tidak bisa menyelesaikannya", jawabku, karena menurut saya pada waktu itu presiden adalah orang yang paling pintar di Indonesia.

Ayah memandang saya dengan heran lalu bertanya: "Tentang apa, sampai presidenpun tidak dapat menyelesaikannya?", katanya dengan tetap tersenyum.

"Tentang 'Himpunan', ada gambar nenas, pisang dan tebu kemudian ada tanda 'U', katanya itu artinya 'UNION', pokoknya sulitlah", jawabku gelisah sambil memperhatikan bungkus rokok ayah merk "UNION" produksi STTC Tobacco Siantar.

"Padahal PR ini harus siap, kalau tidak besok saya akan kena hukum", sahutku pesimis.

"Tapi kata teman ito Rasona bisa menyelesaikannya", kataku melanjutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun