Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dua Kaki Mengarungi Lautan Merah

19 Juni 2018   19:58 Diperbarui: 19 Juni 2018   20:17 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulog telah diamanatkan tugas lain, tidak hanya menjaga stabilitas harga beras, tetapi juga 12 komoditas lainnya sejak berubah menjadi BUMN. Sumber: kabarbisnis.com

Dari hitungan bisnis, ini tidak masuk akal. Pastinya. Pertamina harus merelakan keuntungannya sebesar Rp. 800 milyar per tahun agar menutup biaya distribusi yang luar biasa besar. Biaya distribusi berlipat kali harga barang. Tidak masuk akal dari segi bisnis. Tetapi, dari segi PSO, itu menjadi suatu kewajiban dan harus dilaksanakan.  

Persaingan ini jelas tidak adil. Tetapi mau bagaimana, begitulah tanggung-jawab dari BUMN. BULOG juga demikian. Tugas BULOG, salah satunya, memastikan terjadi harga pasar beras yang terjangkau dengan menyerap beras petani dalam jumlah tertentu.

Ternyata, ada potensi masalah disini. BULOG melakukan pinjaman komersial untuk mendapatkan dana demi menyerap beras petani. Agak tidak masuk akal. Untuk menjaga harga barang yang dibatasi dengan harga atas dan bawah, BULOG memiliki risiko terjadi gagal bayar jika tidak mampu membayar kreditnya. Dimana penjualan tidak akan menghasilkan keuntungan yang maksimal dan komersial karena adanya batas atas dan bawah. Dalam jangka panjang, akan terjadi akumulasi beban bunga dan pinjaman jika penjualan beras serapan ini lebih rendah dari harga pasar.

Diversifikasi Usaha

BULOG sadar sepenuhnya, persaingan'tidak sehat' harus dijalani karena dibebaninya dengan PSO, yang pastinya memberatkan. BULOG ingin melangkah cepat, tetapi kakinya terikat. Melihat potensi dan peluang, BULOG yang sejak 2003 telah menjadi BUMN memandang dirinya dan kekayaannya. Lalu befikir untuk memaksimalkan aset-aset yang dimiliki.

Untuk mengoptimalkan aset-aset yang ada atau mengkomersialkan segala kekayaan yang dimiliki, BULOG mendirikan unit-unit usaha. Usaha ritel dijalankan. Bisnis pengantaran barang dirambah. Perhotelan dijabani. Gudang-gudang diaktifkan. Kerjasama dengan petani untuk komoditas tertentu untuk menghasilkan bahan baku produksi dikreasi. Bahkan bekerjasama dengan ritel raksana pun digelar.  

Permasalahannya disini. Dalam buku manajemen disebutkan ada dua kondisi pasar. Pasar yang masih baru yang sering disebut dengan Blue Ocean, dan pasar yang sudah jenuh alias pemainnya sudah sangat banyak, sering disebut Red Ocean.

Di semua usaha yang dirintis BULOG, sudah ada pemain-pemain lama dengan pengalaman bertahun-tahun. Pergudangan sudah lama ada dan tentunya swasta memiliki lokasi yang lebih strategis dibanding BULOG yang biasanya tersebar di seluruh Indonesia, dimana industri belum tumbuh.

Hotel-hotel yang diupayakan dari penyegaran wisma-wisma BULOG juga tidak menawarkan daya tarik yang luar biasa. Ritel dengan menjangkau masyarakat lebih luas dan menciptakan pengusaha-pengusaha lewat Rumah Pangan Kita, akan sangat gampang tergilas oleh mini market yang menjamur dengan modal dan jaringan lebih besar.

Upaya Rumah Pangan Kita ini juga tidak akan efisien, karena sistem rantai pasoknya yang luas dan dalam distribusi yang mikro. Beban biaya yang besar ini tidak akan menguntungkan dan membesarkan pemilik Rumah Pangan Kita. Melawan mini market itu sama dengan melawan raksasa.

Penyebaran aset yang luas dengan skala kecil juga akan menyulitkan proses bisnisnya. Optimalisasi aset tidak benar-benar bisa dilakukan karena pangsa pasar yang tidak tumbuh. Sekali lagi karena aset-aset BULOG menjangkau tempat-tempat yang pelosok di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun