Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Kesalahan Fatal Panelis Pilkada DKI 2017

31 Januari 2017   18:23 Diperbarui: 1 Februari 2017   08:55 1705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: megapolitan.kompas.com

Sama halnya dengan mengurus negara. Presiden Amerika Serikat sendiri untuk pertama kalinya butuh 6-9 bulan untuk memahami operasionalisasi sistem pemerintahan dan negaranya. Di Jakarta, pastinya proses itu pun terjadi. Perlu bergulat langsung dengan masalah pemerintahan untuk dapat memahaminya dan menjelaskannya secara teknis.

Di DKI sendiri urusan pelayanan publik dapat dilihat dari jumlah sektor yang ada. Dengan perampingan yang dilakukan Plt gubernur DKI baru-baru ini, terdapat setidaknya 43 sektor pelayanan publik. Bisa dibayangkan kerumitan memahami secara teknis isu-isu terkait masing-masing sektor.

Jadi, untuk sampai pada tingkatan teknis ini, Agus dan Anies akan mengalami gagap. Tingkatan teknis masing-masing isu yang menjadi bahan perdebatan menjadi masalah serius bagi kedua calon. Meskipun Agus didampingi oleh Mpok Silvy yang merupakan bagian dari birokrasi, tetap saja, beliau hanya bermain di sektor terbatas saja. Anies juga demikian. Pengalaman di birokrasi tidak membantunya memahami teknis pelayanan publik ini. Menjadi menteri, beliau hanya memegang satu sektor layanan publik. Karena posisisnya sangat tinggi, maka tingkatan operasional bukanlah sesuatu yang jamak beliau lakukan.

Sementara Ahok dengan gaya micromanagement-nyamemiliki kesempatan luas untuk memahami teknis pelayanan publik ini. Sebabnya, pasti karena Ahok setiap hari bergulat dengan masalah kebijakan dan pelayanan publik. Terkait pendidikan, kesehatan, tranportasi, penataan sungai, relokasi dan masih banyak lagi, Ahok secara langsung terlibat dan mengetahui permasalahannya dengan pasti. Dengan sistem berbasis teknologi yang disebut dengan smart city, Ahok dapat mengontrol sumber daya dengan baik dan memobilisasinya dengan cepat pada saat diperlukan. Ini dilakukan setiap hari. Dan permasalahan didapatkan langsung dari bergaul dengan masyarakat, aduan masyarakat dan aplikasi yang diciptakan untuk eksekusi pelayanan publik yang diharapkan rakyat Jakarta. Ini sudah terbukti.

Jawaban Teknis Rasa Wacana

Hasilnya bisa disaksikan pada dua debat yang lalu. Para penantang mencoba memenuhi hasrat dari para panelis ini. Mencoba menjelaskan secara teknis realisasi program-program yang diturunkan dari visi yang sudah dirancang semenarik mungkin.

Kenyataannya, semakin dalam dalam perdebatan, menukik kepada persoalan teknis termasuk cara penyelesaian masalahnya, semakin kelihatan terjadi kegagalan dalam menjawab. Mencoba menukik lagi, gagal lagi memberikan gambaran operasional programnya. Sehingga yang muncul adalah pernyataan-pernyataan tidak nyambung.

Ketika Agus ditanyakan tentang cara untuk menata perkotaan dengan tanpa menggusur, keluarlah jawaban sakti. Sakti karena berulang-ulang.

“Kita jangan selalu berfikiran negatif. Kita harus optimis dengan rencana kita. Kita harus kreatif untuk melaksanakannya. Pasti akan ditemukan caranya” dengan lantang Agus menyampaikan jawabannya. Ketika ditanyakan tentang cara menata birokrasi di DKI Jakarta, kembali Agus berulah dengan jawaban mengambangnya. “Pemimpin seharusnya tidak ditakuti oleh rakyat. Pemimpin harus lebih humanis supaya Jakarta bisa maju” masih dengan cara yang sama. Lalu jawaban pertanyaannya apa?

Disisi lain ada Anies dengan semboyannya yang sangat bagus- Jakarta kota maju dan beradab dengan seluruh warga merasakan keadilan dan kesejahteraan- juga mengalami masalah serius terkait pemaparan pada tingkatan operasional ini.

Menggeser tanpa menggusur. Merangkul bukan memukul. Semua dilakukan dengan hati. Semuanya masih tataran visi. Padahal dimintanya pada jawaban operasional. Jawaban teknis. Menjadi membingungkan ketika melakukan penataan sungai dengan menggeser saja. Sementara diperlukan ruang luas untuk dapat menata sungai dan itu diatur dalam peraturan. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun