Risau memang
Dengan hembus angin terlalu kencang
Duka, menjadi penampakan nyata
Memalingkan hamba atas kuasaNya
Berbeda kisahnya.
Hembus angin yang tenang
Suka, menjadi ekspresi bahagia
Memanjangkan puji atas sang penyayang
Realita berbicara fakta,
Banyak yang mati rasa menjawab tanya
Tiba-tiba tuli dengan gema surga
Seakan lupa makna hamba
Fana, ya itu manusia
Berapa caci yang terhujam ?
Membasahi sesama dengan bara murka
Justifikasi bajingan
Menggempur, bagai serangan hujan
Hinalah kita sebagai manusia
Berebut kuasa demi kepentingan siapa
Merah mata seakan jadi senjata
Seakan kita tak tau siapa penikmat setelahnya
Sisa-sisa sekawanan pemangsa
Ya, itulah kita
Bagai gagak yang berbondong-bondong
Menikmati buruan busuk sisa cukong
Lahap di santap
Rasa tak ada nikmat
Keringat tinggal keringat
Jeritan takan ditanggap
Siapakah kita sebenarnya ?
Dicari kala musim panas
Dikelabui pada musim pancaroba
Serang, 11 Desember 2019