Mohon tunggu...
Jeki Sugarino
Jeki Sugarino Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kata itu sangat indah, tidak banyak orang yang menyadarinya. percayala!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenyataan

21 Februari 2023   11:11 Diperbarui: 21 Februari 2023   11:20 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi hari ini, aku mendatangi undangan wawancara menjadi perawat di salah satu ruma sakit. Harapan yang begitu besar mendapatkan tempat pengabdian yang aku idamkan. Perawat itu cita-cita aku, sejak melihat orang yang tersayang pergi dan saat itu bingung untuk berbuat apa. Waktu itu aku masih berumur 7 tahun, sejak 13 tahun yang lalu. Masa lalu itu yang tidak ingin terulang pada orang terdekat ataupun melihat orang lain mengalami hal yang sama.

Pengabdian ini lah yang aku harapkan dari dulu. Dan, hari ini adalah awal aku memasuki dunia itu.

"Sebelumnya saudara telah menyelesaikan Pendidikan dimana?.", tanya HRD rumah sakit.

"Saya menyelesaikan Pendidikan di Universitas Segi Tiga Negeri, lulus dengan tepat waktu."., jawab aku dengan penuh keyakinan.

"Iya, saya telah membaca CV anda, melihat dari nilai praktik, anda mendapatkan nilai yang besar. Apakah anda bersedia melalukan praktik secara langsung dalam merawat pasien hari ini?.", Pertanyaan selanjutnya dari HRD.

"Saya sangat bersedia!.", menjawab dengan tegas.

Setelah melakukan praktik seharian, hari ini aku akan melihat hasil apakah aku diterima di rumah sakit tersebut. Aku membuka leptop dan mengetik Website yang tersedia dari ruma sakit untuk mengecek apakah aku diterima. Tidak banyak yang aku pikirkan selain diterima. Dengan penuh rasa ragu, takut akan tidak diterimanya. Aku memberanikan diri untuk mengklik "PENGUMUAN".

"Anda diterima untuk berkerja di ruma sakit. Lakukan pengumpulan data dan anda dapat berkerja pada minggu depan"., tulisan setelah mengklik "PENGUMUAN"

Rasa syukur yang begitu dalam. Harapan selama ini akan aku mulai pada minggu depan. Setelah melaukan sujud syukur, aku teringat dengan ibu dan bapak. Sehingga aku bergegas ke tempat persinggahan terakhir kedua orang tua aku.

"Ibu, bapak, hari ini aku telah diterima berkerja di salah satu rumah sakit. Aku sangat Bahagia. Semoga bapak dan ibu juga Bahagia di sana melihat anak kalian. Aku tidak ingin melihat orang lain merasakan seperti apa yang aku rasakan. Hanya terdiam melihat kalian sakit dan hingga nafas terakhir".

***

Nama ku rangga, saat ini aku berusia 20 tahun. Aku tinggal bersama kakek dan nenek ku sejak 13 tahun lalu. Bapak dan ibu mengalami kecelakan di jalan tol menuju Jakarta. Sejak 13 tahun lalulah aku belajar untuk hidup mandiri. Kakek seorang pensiunan guru dan nenek hanya ibu rumah tangga. Dengan uang pensiunan kakek kami bertiga bisa hidup sampai sekarang.

Aku tidak ingin terlalu merepotkan kakek dan nenek, aku berjualan dagangan disaat setelah bersekolah. dengan hasil dagangan tersebut aku bisa jajan dan memenuhi kebutuhan sederhana lainnya. Semenjak di bangku SMA, aku sangat giat dalam mencari beasiswa untuk melanjutkan Pendidikan selanjutnya. Dan alhamdulilah aku mendapatkan beasiswa hingga bisa lulus S1.

***

Hari ini adalah hari pertama aku memulai dunia pengabdian di rumah sakit. Pada hari pertama aku banyak belajar terhadap suasana baru dan menghadapi pasien. Setelah seminggu lebih aku banyak menemukan hal baru di dalam rumah sakit.

Di ruang makan pada saat istirahat. Terdengar cerita perawat lain tentang peralatan di rumah sakit.

"Hari ini banyak sekali pasien yah?", tanya perawat Satu.

"Iya, mungkin karena sedang musimnya penyakit ini.", ungkap perawat dua.

"Iya mungkin yah, tetapi dengan banyaknya pasien, makin banyak peralatan medis yang dibutuhkan. Jangan sampai yah rumah sakit tidak membeli peralatan yang tidak sesuai standar seperti pada tahun lalu. Saat musim virus itu.", ungkap perawat satu lagi.

"Iya yah, bagaiman kalo peralatan habis, masa kita akan mengulangi pada masa itu.", jawaban perawat dua.

Aku hanya mendengar dari kejauhan terhadap pembicaraan mereka. Didalam pikiran ku, apakah benar rumah sakit membeli peralatan yang tidak sesuai standar yang telah ditetapkan?. Aku tidak ingin mengambil kesimpulan yang begitu cepat terhadap omongan perawat lain.

Setelah 3 bulan lamanya aku mengabdi.

"Pasien ini mengalami luka yang begitu parah. Kita harus melakukan Tindakan secepat mungkin. Secera persiapan ruang operasi!, . perintah dokter dengan tegas.

"Siap dok, 5 menit lagi kita siap untuk melaksakan operasi,". Ungkap aku.

Setelah 5 menit berlalu

"pasien ini tidak bisa meanjutkan operasi lebih lanjut, dikarenakan keluarganya kekurangan biaya. Ternyata perlu melakukan operasi tahap dua karena luka sangat parah, tidak seperti yang saya pikirkan." Ujar dokter.

"terus bagimana dok?, pasiennya sangat keritis!.", tanya aku dengan tergesa-gesa.

"mau bagimana lagi, keluarnya tidak menyelesaikan syarat aministrasi." Jawab dokter dengan suara beribawahnya.

"Apakah pengabdian ini harus terhenti dengan administrasi?, apakah nyawa sepadan dengan itu?." Isi suara hati ku saat itu.

Hari ini telah hilangnya nyawa satu pasien dikarenkan tidak adanya biaya. Aku bertanya pada heningnya kebingungan saat melihat nafas terakhir dari pasien tersebut, apakah dokter itu untuk menyembuhkan manusia/nyawa atau seorang yang?.

Semenjak hal itu yang aku pikirkan, aku pun teringat dengan 13 tahun lalu saat melihat bapak dan ibu meninggal dunia. Kakek dan nenek tidak cukup biaya untuk melaksanakan opresasi terhadap mereka akibat kecelakan begitu parah.

"Apakah dokter itu mengabdi?, apakah dokter ini menyelamatkan manusia dari gentingnya hidupnya?, apakah dokter harus melihat administrasi terlebih dahulu?." Pertanyaan di dalam hati sebelum aku pergi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun