Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pacok Ie, Kearifan Lokal Memanen Air Hujan Gampong Ie Alang yang Nyaris Terlupakan

27 Agustus 2025   23:34 Diperbarui: 23 September 2025   23:07 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penampung air sederhana-harian jogja.id

Kebiasaan memanen air hujan alias Rainwater Harvesting, ternyata tanpa saya sadari bukan sesuatu yang asing. Jadi saya sempat salah sangka, waktu pertama kali berkunjung ke kampung adik di kaki gunung. Namanya juga gunung, dengan hamparan hijau persawahan itu pastilah karena limpahan airnya berasal dari sumber air yang terjaga dan berasal dari lebatnya pepohonan hijau di area kaki gunung yang terlihat asri dari jendela rumah.

Tapi pagi harinya, saya terkejut ketika mendapat suguhan pemandangan yang tidak biasa. Sekumpulan ibu, pagi buta sekali, berjalan beriringan menjunjung ember atau jirigen di kepalanya. Ternyata mereka menuju ke sumber mata air, sebuah sumur besar peninggalan era Belanda-jadi semacam "sumur pusaka".

memanen air hujan-harian jogja
memanen air hujan-harian jogja

Saya jadi bingung, daerahnya subur kok air bersihnya susah di dapat?. Sewaktu saya tidak sengaja melihat sumur di rumah, ternyata untuk melihat dasar sumurnya saja sulit banget. Dari atas, cahaya matahari yang masuk hanya terlihat seperti bulan yang kecil di dasar sumur. Itu menunjukkan bahwa sumur tersebut sangat dalam.

Jadi awalnya Ie Alang saya artikan Kampung Air Alang-alang karena rimbunnya areal pertanian dan ilalang , ternyata artinya justru berarti Kampung Air yang Terhalang. Pantas saja air bersih sangat sulit diperoleh.

persawahan hijau dan krisis air-greener.co
persawahan hijau dan krisis air-greener.co

Rata-rata penduduk meletakkan mesin pompa airnya di dalam sumur, menggantungnya dengan tali, agar saat menarik air dari dasar sumur tidak terlalu jauh mesinnya.

Sementara air dalam areal persawahan berasal dari air irigasi dari gunung yang sangat bergantung pada sikon. Jika musim panas berlangsung panjang dan lebih terik, maka debit air akan berkurang jauh. Mereka juga harus mengaturnya dengan cermat ketika musim tanam tiba. Agar semua mendapat bagian saat mengairi sawah, jatahnya di atur oleh Kejruen Blang--- orang yang dituakan atau dipilih masyarakat secara adat di kampung sebagai pengatur air. Semacam pengatur air dalam sistem pertanian Subak di Bali. Untung ada kejreun blang, setidaknya bisa membantu air bisa terbagi rata untuk mengairi sawah.

memanen air untuk irigasi-kabupaten aceh besar
memanen air untuk irigasi-kabupaten aceh besar

Memanen Air Hujan Sebagai Kebutuhan

Kini semuanya sudah jauh berubah. Dengan semakin langkanya air, meskipun dengan cara yang paling biasa, sebagian besar rumah kini pasti punya "alat" pemanen air hujan. Setiap rumah punya talang atau saluran pembuangan air hujannya menuju sumur, bak mandi atau bak penampungan yang secara khusus dibuat untuk memanen air hujan. 

Penduduk benar-benar memanfaatkan air hujan itu sebagai salah satu sumber air yang sangat penting. Memanen air hujan adalah bentuk adaptasi modern terhadap qanun,a turan gampong yang kini "menyesuaikan" akibat anomali iklim. Tapi substansinya tetap sama, air hujan adalah berkah. Jadi praktik memanen air hujan juga bernilai religius-spiritual, tidak membiarkan berkah terbuang sia-sia.

Air adalah berkah yang luar biasa. Kebayang, jika sekarang saja air sudah begitu sulit apalagi nanti atau berapa puluh tahun mendatang.  Ketika membayangkan itu semua, anak-anak makin sadar pentingnya menjaga sumber air, dan memanfaatkan air dengan baik dan benar.

Sekarang saja anomali cuaca terasa sekali, hujan makin tidak teratur. Apalagi musim kering tambah panjang dan makin panas, cuaca makin sulit diprediksi.

Jadi waktu anak-anak kembali ke rumah, saya melihat mereka semakin peduli dalam menggunakan air yang ada. Menjaga air ketika mengisi bak agar tidak tumpah. Dan belajar dari sistem "otomatisasi" ala Kampung Ie Alang, saat ini bak mandi dan toren dilengkapi dengan keran yang bisa berhenti secara otomatis ketika air telah terisi penuh. Dengan cara ini bisa mengantisipasi jika kita terlupa mematikan pompa air saat mengisi bak atau toren air di rumah. Sehingga kemungkinan air terbuang percuma bisa diantisipasi.

Bahkan ketika mandi saja anak-anak semakin peduli untuk memakai seperlunya---bukan sekedar menghemat untuk mengurangi air mandi. Jadi membiasakan anak-anak "memanfaatkan" teknologi sederhana dalam memanfaatkan air bisa menjadi pembelajaran awal mereka menjaga air.

bak penampung air hujan-dompet dhuafa
bak penampung air hujan-dompet dhuafa

Memanen Air Hujan dan Kearifan Lokal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun