Dan ketika kita membutuhkan permodalan dengan cepat kita bisa mengadaikan emas kita, dan kita tidak perlu kuatir akan kehilangan asset. Ini adalah cara bijak menabung bagi seorang pebisnis pemula-yang solopreneur.
Dan kelak jika memang memutuskan harus bermitra, jangan lupa segala sesuatunya harus ada hitam putihnya, sekalipun dengan teman atau saudara sendiri agar secara legalitas mudah diselesaikan jika terjadi konflik--sesuatu yang bisa saja tidak pernah kita duga sama sekali.
“Wirausaha yang matang akan mengembangkan bisnis seperti menanam pohon—tidak tergesa, tapi terus bertumbuh,” kata Yunus Hasyim, pengamat UMKM dan pelatih kewirausahaan. Ia menyarankan pelaku bisnis baru untuk menjalani fase-fase wirausaha seperti tahap perkembangan manusia: belajar merangkak dulu, baru berjalan, lalu berlari.
Intinya bahwa menurut saya menjadi solopreneur adalah jalan yang mestinya harus kita jadikan pembelajaran sebelum melangkah jauh. Ketika kita menjalankan semuanya sendirian, menyiapkan produk hingga tengah malam. Tidak ada investor yang bertepuk tangan saat kita berhasil menjual 10 produk pertama. Tapi dari kesabaran itu, lahir karakter.
Dan dari karakter itulah, lahir bisnis yang tahan uji. saya meyakininya ketika akhirnya membuktikannya sendiri, berbisnis dari rumah-produk homemade.
Sebenarnya kita harus yakin dan percaya, agar tidak takut memulai sendiri. Jangan takut berjalan perlahan karena di dunia bisnis, yang bertahan bukan yang paling cepat, tapi yang paling siap. Dan kesiapan itu, sering kali, hanya bisa kita dapatkan karena tempaan ketika kita memulai dari bawah—dengan penuh kesabaran, dan komitmen untuk terus belajar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI