Ruang garasi itu telah disulapnya menjadi sebuah "snack corner" begitulah kurang lebih yang coba ditampilkan Dian Maria (29 tahun), seorang ibu muda dengan dua putera. Deretan toples bening berisi sampel varian keripik yang menjadi snack dagangannya.
Tak banyak yang tahu, usaha kecil yang tampak biasa itu kini telah menjangkau toko oleh-oleh di tiga kota besar. Bukan karena modal besar, melainkan karena satu program sederhana yang membawa semangat baru, pelatihan, pendampingan, dan kepercayaan.
Dian memperoleh informasinya dari temannya sesama pelaku UMKM saat mengikuti acara Car Free Day di kotanya. Informasi program itu datang bukan dari lembaga permodalan biasa. Justru, datang dari tempat yang dulu ia tahu sebagai rumah terakhir yang selalu dikunjungi ibunya saat kepepet untuk menggadaikan barang. Tapi lompatan waktu telah mentransformasi citra itu, dan kini Dian mengenalnya sebagai GadePreneur.
Dari Tempat Gadai ke Pusat Inovasi UMKM
Tidak sedikit orang  yang masih mengira jika Pegadaian hanya tempat untuk menjaminkan emas atau barang elektronik. Padahal seiring perkembangan, lembaga itu kini telah menawarkan sebuah peran baru dalam dunia kewirausahaan kecil di Indonesia, membimbing pelaku UMKM agar naik kelas. Kehadiran program GadePreneur, berusaha menciptakan ruang belajar dan bertumbuh, bukan sekadar tempat mencari modal cepat. Dan itulah yang kemudian membantu melejitkan Dian menjadi "pelaku bisnis rumahan" yang sukses.
Dari tidak tahu seluk-beluk bisnis, sampai bisa memahami branding, packaging dan marketing. Kini usaha yang dilabeli DiMa Food, telah memiliki produk yang ber-merek, di kemas dengan kemasan eye catching dan tentu saja memiliki jaringan pemasaran yang lebih luas tidak hanya seluas garasi dan lingkungan rumahnya di pinggiran kota itu.
Manfaatnya yang dirasakan para pelaku UMKM seperti hanya Dian, tidak hanya mendapat pelatihan berjenjang dengan kurikulum bisnis terstruktur, tapi ia juga belajar tentang strategi pemasaran, desain ulang merek, pengelolaan keuangan, hingga pengemasan produk. Pelatihan dilakukan secara luring di berbagai wilayah, dilanjutkan mentoring daring oleh praktisi berpengalaman. Sekaligus menjadi kesempatan Dian menemukan orang-orang baru yang bisa menjadi tempatnya belajar bisnis.
Manfaatnya bahkan tidak berhenti di situ, GadePreneur Space hadir sebagai inkubator fisik---ruang kolaborasi bagi pelaku UMKM untuk belajar dan berevolusi bersama. Sebuah lompatan besar dari sekadar tempat gadai menjadi rumah pemberdayaan ekonomi rakyat.
Ini dibuktikan dengan antusiasme masyarakat. Dian bersama ribuan pelaku UMKM yang merasakan manfaat telah berusaha keras untuk bergabung. Program ini bukan program biasa dan sembarangan. Pada satu periode pendaftaran saja, dari ribuan UMKM yang mendaftar, hanya sebagian kecil yang berhasil lolos seleksi. Artinya, program ini memang benar-benar bukan sekadar formalitas. Ada proses seleksi dan pembinaan serius, dan bagi mereka yang kemudian terpilih, kesempatan itu jadi titik balik kehidupan yang luar biasa, Dian telah membuktikannya.
Tapi untuk meraih sukses memang bukan tanpa tantangan. Banyak pelaku UMKM, terutama perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan pengusaha, masih sulit menjangkau pelatihan intensif. Mereka harus berbagi waktu antara produksi, pengasuhan, hingga distribusi barang. Dan Gadepreneur memberi ruang yang luas agar pelaku UMKM bisa mendapatkan peluang itu.
Namun dengan lebih dari 60 juta UMKM tersebar di seluruh negeri, mustahil satu lembaga menjangkau semuanya sendirian. Keterbatasan jangkauan itu hanya mungkin dipupus melalui sinergi dengan komunitas lokal, lembaga pemerintah, bahkan platform digital yang kini media yang kian penting sebagai pendukungnya.
Bimbingan dan dukungan melalui program Gadepreneur mencoba mengikis tantangan mendasar yaitu mengubah pola pikir. Masih banyak pelaku usaha mikro merasa "cukup" dengan omzet seadanya, enggan mengurus legalitas, atau enggan mengikuti pelatihan. Padahal, legalitas seperti NIB atau NPWP bisa membuka jalan ke pasar yang lebih luas. Ini menjadi tantangan yang terus didorong melalui program gadepreneur pegadaian tersebut.
Harus diakui bahwa membangun UMKM yang tangguh bukan pekerjaan mudah, apalagi dengan pola pikir yang sederhana dari para pelaku UMKM tersebut. Namun, kisah sukses para alumni program ini seperti halnya Dian dengan DiMa Food-nya membuktikan satu hal, Â ketika pendampingan dilakukan dengan hati dan sistematis, maka perubahan bisa terjadi.
Keberhasilan Dian dengan dukungan, bimbingan dan kepercayaan penuh yang diberikan Gadepreneur membuktikan bahwa pembangunan ekonomi tak selalu lewat proyek besar. Terkadang, lewat tangan ibu rumah tangga yang mampu memisahkan uang dapur dari kas bisnis, perubahan perlahan terjadi. Dan lewat kemasan baru keripik singkong yang kini hadir di rak swalayan modern, kesejahteraan pun bisa dijemput.
Menggandeng Masa Depan Lewat Kolaborasi