Gerakan #mengEMASkanIndonesia dan Tabungan Berdimensi Sosial
Apa yang menjadi keyakinan banyak orang berinvestasi emas menguntungkan karena menabung emas memang bisa menjadi bentuk proteksi langsung terhadap inflasi. Dalam situasi ketika harga emas melonjak naik seperti kemarin, terasa sekali keuntungan menabung emas. Dan fluktuasi harga emas yang turun jarang terjadi. Jadi meskipun kebutuhan bisa datang sewaktu-waktu, harga emas jarang sekali mengecewakan para investornya.
Menariknya lagi, belakangan ini, menabung emas tidak hanya dilihat dari sisi pribadi, tapi juga mulai menyentuh dimensi sosial. Sekarang muncul sebuah kesadaran baru bahwa kebiasaan finansial juga bisa berdampak lebih luas. Melalui investasi emas, seseorang tak hanya bisa memproteksi diri sendiri, tapi juga bisa berbagi-seperti apa yang dilakukan Maryamah demi kesiapan melanjutkan sekolah bagi cucunya.
Semangat ini juga sedang coba ditularkan lewat gerakan #mengEMASkanIndonesia dari PT Pegadaian. Harapan terbaiknya, melalui kampanye ini, Pegadaian mengajak masyarakat untuk melihat emas bukan sekadar aset, tapi juga sebagai alat kontribusi sosial.
Bagaimana implementasinya?. Menabung emas kini telah menjadi bagian dari gerakan bersama, di mana satu gram bisa berarti satu langkah perubahan. Melalui sinergi antara literasi keuangan dan program tanggung jawab sosial, Pegadaian tidak hanya mengedukasi soal keuangan, tapi juga menjadikannya jalan untuk memberdayakan masyarakat.
Semakin banyak orang yang menjadi tujuan dari gerakan ini akan semakin banyak orang yang diberdayakan—entah sebagai modal usaha atau uang untuk melanjutkan pendidikan.
Gerakan ini sekaligus menjadi wujud Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan-TJSL Pegadaian, sehingga implementasinya nyata bukan sekadar seremonial atau distribusi bantuan instan. Pendekatan yang dipakai adalah strategis, berkelanjutan, dan menyentuh sektor-sektor penting, seperti pendidikan, UMKM, pemberdayaan perempuan, hingga isu lingkungan.
Sewaktu saya mengunjungi gerai GadePreneur yang menyajikan menu kopi spesial di kawasan Blang Padang Banda Aceh, saya bertemu dengan beberapa anak muda yang telah melalui seleksi dan pelatihan khusus menjadi barista dan pekerja profesional di kafe tersebut. Ini adalah wujud nyata program andalan GadePreneur, yang wujudnya inisiatif pelatihan dan penguatan UMKM. Pilihannya juga beragam, mulai dari pelatihan manajemen keuangan, branding produk, hingga akses modal dan pasar—semua dikemas untuk mendorong pelaku usaha naik kelas.
Bu Mayang, seorang ibu rumah tangga di Aceh Besar, dulunya hanya penjual makanan ringan keliling. “Modal saya dari tabungan emas,” katanya. “Saya mulai nyicil dari Rp20 ribu per hari. Lalu ikut pelatihan GadePreneur, diajarin cara kemas yang bagus, jualan online. Sekarang bisa kirim ke luar kota.”
Apa yang dialami Bu Mayang juga dialami oleh banyak perempuan lainnya. Mereka bertransformasi di lini bisnis membangun jaringan UMKM yang lebih kuat.
Transformasi juga hadir di sektor pendidikan. Pegadaian memberikan beasiswa dan program transformasi sekolah di berbagai daerah. Lalau ada program pemberdayaan perempuan, yang menjadikan emas sebagai simbol kemandirian. Melalui pelatihan keterampilan dan literasi keuangan berbasis komunitas, banyak perempuan kini tak hanya menabung, tapi juga menjadi penggerak ekonomi lokal.
Salah satu program penting pegadaian yang harus mendapat apresiasi luar biasa adalah program lingkungan seperti Gade Clean & Gold, yang mengonversi sampah plastik menjadi emas tabungan. Saya kira ini sebuah pendekatan cerdas karena memadukan kesadaran lingkungan dengan inklusi keuangan.