Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Merdeka Finansial Bukan Mimpi, Biarkan Uang Bekerja untuk Masa Tuamu!

21 Mei 2025   21:04 Diperbarui: 21 Mei 2025   22:24 4259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sejak muda menyiapkan dana pensiun-kompas money

Langkah ini akan mengarahkan kita pada perhitungan atau kalkulasi yang harus kita lakukan berdasarkan daya dukung pendapatan yang kita miliki sekarang atau pada saat kita memutuskan untuk menyiapkan dana pensiun kita sejak dini. Dengan cara menghitung berapa kebutuhan dana pensiun berdasarkan gaya hidup yang diinginkan, inflasi, dan usia harapan hidup.

Kebutuhan setiap orang berbeda-beda berdasarkan kebiasaan gaya hidupnya yang selama ini sudah dijalaninya.

Jika sudah sampai pada tahapan langkah tersebut, selanjutnya adalah memilih produk investasi yang tepat. Bagaimanapun banyak pilihan bisa kita lakukan (jika masih awam tentu kita bisa berkonsultasi dengan ahlinya). Bisa saja dana pensiun kita tempatkan pada instrumen investasi seperti reksa dana, saham, atau obligasi yang memiliki return jangka panjang. Intinya ya jangan letakkan uang telur dalam satu keranjang. Jika jatuh bisa "pecah" semua tanpa sisa. jadi diversifikasi adalah kunci.

Jika kita memiliki akses terhadap program pensiun yang tersedia, kita bisa memilihnya dengan mengikuti program pensiun perusahaan (misalnya DPLK) atau siapkan sendiri dengan membuka rekening khusus pensiun (seperti dana pensiun individu). Toh tidak ada ruginya, karena manfaatnya--tabungan dan proteksi juga untuk kita atau keluarga kita.

Jika kita "kuat secara finansial" tidak ada salahnya meningkatkan kontribusi secara bertahap seiring kenaikan penghasilan, tingkatkan persentase dana yang dialokasikan untuk pensiun.

Agar tidak was-was atau kuatir kita juga tak boleh abai, tetap harus melakukan review dan revisi secara berkala terhadap portofolio investasi serta kebutuhan pensiun setidaknya setahun sekali.

Pilihan bijak tersebut menunjukkan bahwa kita tidak saja paham soal literasi keuangan, tapi juga menjadikannya sebagai gaya hidup yang positif.

Penting juga untuk memahami bahwa perencanaan keuangan bukan hanya untuk segelintir orang berpenghasilan tinggi, tetapi untuk semua kalangan. Literasi keuangan harus menjadi bagian dari gaya hidup dan diajarkan sejak dini. Sekolah, keluarga, dan masyarakat perlu lebih aktif dalam mengenalkan konsep-konsep dasar keuangan pribadi.

sejak muda menyiapkan dana pensiun-RRI
sejak muda menyiapkan dana pensiun-RRI

Di era digital, akses ke informasi dan alat bantu keuangan semakin mudah. Aplikasi pengatur keuangan, kalkulator pensiun, hingga konten edukatif tersedia luas. Namun, pemanfaatannya bergantung pada kesadaran individu. Di sinilah pola pikir (mindset) memainkan peran penting. Dengan mindset yang benar, seseorang dapat mengambil langkah-langkah kecil namun konsisten menuju kebebasan finansial.

Hal yang ahrus kita camkan sejak dini adalah bahwa pilihan kita dalam mengatur keuangan pribadi bukan hanya soal menabung atau berhemat, tetapi soal merancang masa depan. Jadi dengan mengikuti pola pengelolaan keuangan yang baik, dan menyiapkan dana pensiun sejak dini, kita bisa menciptakan "ruang" aman finansial yang berkelanjutan. 

Siapa sih yang bisa memprediksi masa depan dengan pasti--padahal yang "pasti" adalah "ketidakpastian itu sendiri". Tapi jangan kuatir karena masa depan bisa direncanakan. Seperti kata pepatah, “Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.” Dan dalam hal keuangan pribadi, lilin itu bernama perencanaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun