Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Romantisme "Tupperware Party" dan Koneksi Emosional dengan Konsumennya

19 April 2025   20:07 Diperbarui: 20 April 2025   08:17 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tupperware party, Brownie Wise menjual Tupperware langsung kepada ibu rumah tangga.(Archives Center at the National Museum of American History via Smithsonianmag.com via kompas.com)

Mengapa Tupperware Berbeda?

Tentu saja karena Tupperware begitu istimewa, meski banyak produk serupa ada di pasaran? Bukan hanya karena kualitas bahan yang tahan lama, tapi karena setiap wadahnya punya cerita---cerita tentang momen kebersamaan, keluarga, dan upaya menjaga agar semuanya tetap rapi.

Setiap kali ibu mengeluarkan Tupperware untuk menyimpan bekal atau makanan sisa, itu adalah bentuk perhatian yang halus tapi bukan sesuatu yang biasa. Setiap wadah adalah pengingat bagaimana ibu berusaha menjaga setiap detail kehidupan rumah tangga dengan penuh kasih.

Selalu saja ada pesan jika kita "meminjam" Tupperware ibu. "Awas jangan rusak, jangan hilang tutupnya." Dan segala macam petuah seperti berat melepas benda kesayangannya.

ultah ke 28 tupperware sebuah kenangan- catatan perjalan talif
ultah ke 28 tupperware sebuah kenangan- catatan perjalan talif

Romantisme Tupperware Party, Kebersamaan yang Tertanam di Hati

Seingat saya Tupperware juga membawa nuansa nostalgia tentang acara "Tupperware party" yang sempat populer di era 80-an dan 90-an. Di sanalah ibu-ibu berkumpul, berbincang, dan berbagi tips, sambil memperkenalkan produk Tupperware yang mereka koleksi.

Tidak jarang, Tupperware pun menjadi objek yang dipamerkan dengan kebanggaan, tanda bahwa seseorang telah memiliki rasa pencapaian---sesuatu yang dianggap mewah pada masa itu.

Bayangkan sebuah ruangan "pesta" atau sebut saja acara arisan yang dipenuhi dengan tawa, cerita, dan semangat ibu-ibu yang saling berbagi kisah dan pengalaman. Bercampur antara hidangan dan meja yang penuh dengan Tupperware berwarna cerah, tertata rapi, siap untuk diperkenalkan.

Begitulah kira-kira gambaran klasik dari Tupperware Party---sebuah tradisi yang begitu lekat dengan kehidupan ibu rumah tangga di era 80-an dan 90-an.

Di tengah kesibukan sehari-hari, acara itu menjadi kesempatan langka bagi ibu-ibu untuk berkumpul, berbincang, dan "merayakan" keberhasilan kecil mereka mengoleksi Tupperware yang mereka banggakan. Tupperware menjadi sebuah investasi kecil yang menawarkan kepraktisan dan kecantikan dalam satu paket.

Setiap Tupperware party selalu dimulai dengan suasana yang penuh antisipasi. Ibu-ibu yang sudah lama tidak bertemu akhirnya bersatu dalam satu tempat, berbicara tentang segala hal---dari urusan rumah tangga, anak-anak yang sudah mulai besar, sampai urusan resep-resep baru hingga sampai pada cerita bagaimana mereka akhirnya bisa membeli set Tupperware lengkap. Rasanya itu saja sudah sangat luar biasa.

Ada kebersamaan yang terjalin berbagi pengalaman, berbagi tawa, dan juga berbagi masalah. Bahkan di setiap Tupperware Party, seperti ada ritual tertentu yang tak terlupakan. Setiap kali masuk koleksi terbarunya, orang akan menjelaskan dengan antusias bagaimana produk itu membuat hidupnya lebih mudah, lebih teratur, dan lebih cantik.

Namun, lebih dari itu, setiap wadah kecil itu mengingatkan pada momen-momen tertentu dalam kehidupan---waktu anak pertama kali makan bekal di sekolah, atau ketika seluruh keluarga berkumpul di meja makan dengan hidangan yang disajikan. 

Di luar semua produk yang dipamerkan dan dibeli, ada satu hal yang lebih berharga---yaitu kebersamaan yang terjalin. Bukan hanya soal transaksi jual beli, tapi juga tentang menghargai waktu bersama, yang sering kali terlupakan dalam keseharian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun