Dear Ramadan, Tahun ini mungkin menjadi sebuah awal yang baik untuk memulai sebuah langka baru, di tengah gejolak ekonomi sulit yang semakin menekan banyak orang, tapi juga membuka peluang kita untuk berpikir lebih keras mencari solusinya.Â
Sebenarnya ini bukan rencana dadakan, sebuah kebetulan setiap ramadan frozen food home made buatan saya selalu kedatangan order dadakan. Tanpa dikomando tetangga dan para sahabat di sekolah tiba-tiba seperti keluar dari hiatus dan langsung teringat dengan produk frozen tersebut. Walhasil saya harus menuruti permintaan konsumen. Masa rezeki ditolak, di jaman sulit begini.
"Bun, orderan biasa ya, permintaan anak-anak ngak boleh ditolak." Ujar Mbak Tiwi tetangga teman arisan dasawisma di kampung. Ibu-ibu yang lainnya juga ikutan order. Akhirnya saya iyakan meskipun selama puasa sekolah tetap berjalan rutin seperti biasa. Kerjaan jadi dobel, padahal tenaga cuma satu-saya sendiri anak-anak menjadi tenaga pendukung sementara.
Mungkin salah satu kelebihan produk home made yang saya beri label Burini's Food itu meskipun masih kelas amatiran, adalah kualitas bahan baku yang tidak menggunakan pengawet. Jika tidak habis diserbu setelah digoreng bisa tahan sebulan. Tapi rata-rata tidak tahan begitu sirine puasa berbunyi---langsung ludes, begitu pengakuan teman-teman.
Padahal saya sempat dihantui perasaan kuatir, jika berbisnis kala ramadan takutnya nanti malah "Over-Commercialization" keasyikan berbisnis, cari laba besar ibadah jadi lesu tidak bertenaga.
Teringat RPJP
Meskipun masa pensiun masih terbilang lumayan lama, tapi setidaknya masa-masa ramadan seperti sekarang ini bisa menjadi cikal bakal membangun bisnis masa depan. Awalnya sih pekerjaan sampingan dulu-side job atau side Hustle.Â
Apalagi marketing-nya juga sangat dibantu oleh momentum. Pas lagi banyak yang butuh takjil berpuasa yang sehat, ditambah lagi ada orderan khusus untuk diantar ke masjid sebagai hidangan sedekah berbuka para marbot di masjid. jadi tidak perlu repot gembar-gembor, kecuali menyapa di media sosial biar ketahuan bisnisnya sudah jalan.
Maka akhirnya dengan keikhlasan yang tinggi---karena teringat laba di depan mata yang terbentang lapang, akhirnya saya merencanakan RPJP.
Jangan kejauhan menebaknya, karena RPJP yang saya maksud adalah Rencana Pensiun Jangka Panjang. Banyak orang berpikir bahwa sebaiknya memikirkan rencana pensiun sudah bisa kita pikirkan jauh-jauh hari. Jika bisa yang akan kita kerjakan nantinya berkaitan dengan passion kita.
Karena passion saya memasak---dan selama ini hanya sempat di hari Sabtu-Minggu, maka saya putuskan mulai ramadan tahun ini rintisan bisnis ini secara serius dan resmi saya mulai.
Membangun Bisnis, Jangan Lupa Ibadah
Saya mempraktikkan apa yang sudah saya pelajari dari buku Atomic Habits karya James Clear. Saya tetapkan rencana besar yang saya breakdown ke dalam rencana-rencana kecil harian yang mudah saya tangani dan saya lakukan sendiri.
Misalnya sembari bersiap pulang sekolah, saya siapkan pesan ke pedagang pemasok bahan baku frozen produksi saya---yang kebetulan adalah mantan siswa yang sukses.Â
Bahan-bahan itu nanti diantar ke rumah dalam bungkusan yang rapi. Saya tinggal lakukan pembayaran secara online. Dengan cara ini saya tidak perlu sibuk mengubek-ubek pasar saat ramadan yang panas sekarang ini. Jadi banyak menghemat waktu dan tenaga.Â
Setelah bahan tersedia, tinggal diproses dibantu anak-anak. Saya kebagian tugas mengolahnya menjadi makanan siap saji, dan bahan pendukungnya seperti kulit risol-nya yang juga home made anak-anak tinggal membungkusnya.
Bahkan saya sudah rencanakan juga jauh-jauh hari, jika memang produksi membeludak maka kebutuhan tenaga akan saya gunakan dari para mantan siswa yang  belum memutuskan untuk lanjut kuliah, akan kuliah tahun depan atau berencana bekerja membantu keluarga karena banyak dari mereka yang sedang mencari peluang mencari uang tambahan. Dengan cara tersebut kita melakukan simbiosis mutualis---sama-sama diuntungkan dari manfaat kerjasama tersebut.
Dengan harapan double plan-ibadah dan bisnis keduanya bisa berjalan seimbang, waktu pekerjaan juga difokuskan pada siang hari, dengan tujuan utama karena sekarang Ramadan dan bisnis juga dirintis sejak ramadan tahun ini maka bisnis sebisanya tidak mengganggu aktifitas ibadah pada malam hari sehingga kita bisa full ibadah.
Pekerjaan terkait bisnis rumahan harus diatur sedemikian rupa selesai sebelum waktu ibadah utama kita di malam hari selama ramadhan, termasuk bertarawih berjamaah agar kita bisa merasakan nikmatnya suasana ramadan bersama sahabat, tetangga di masjid kampus sekaligus bersilaturahmi. Bagaimanapun risiko memulai bisnis berarti bertambah pekerjaan baru dan risiko baru.
Termasuk kemungkinan kita akan rugi jika tidak konsisten dan disiplin dalam menjalankan bisnis agar sesuai dengan Prinsip Going Concern---bisnis yang berkelanjutan. Jika tidak kita hanya akan menyia-yiakan waktu sekalipun dimaksudkan hanya uji coba, tapi namanya bisnis-laba dan rugi adalah standar menunjukkan keberhasilan kita.
Produk yang sudah diselesaikan pada sore hari langsung di packing dalam kemasan-kemasan berdasarkan order atau ukuran jenis produk, diberi label---mengikut prinsip marketing, branding dan marketing yang baik sekalipun produknya rumahan.Â
Di simpan dalam lemari khusus yang bisa membuatnya tahan lama, sehingga saat keesokkan harinya saat diantar ke pelanggan atau dijemput---take away, langsung di rumah sudah ready.
Ramadan tahun ini menjadi momentum yang baik, karena orderan yang datang sendiri karena kebutuhan untuk takjil, sekaligus menjadi berkah karena saya bisa memulai merintis bisnis berdasarkan passion. Bisnis sering kali memang berawal dari hoby atau sesuatu yang kita sukai, sehingga saat mengerjakannya sangat kita nikmati prosesnya.
Saya juga bisa melatih dan mengajarkan anak-anak tentang wirausaha, mengajarkan pembelajaran tentang uang, dan bagaimana mengatur manajemen uangnya. Dengan cara langsung praktik, anak-anak menemukan momentum pembelajaran yang riel sehingga akan sangat positif bisa membangun karakternya.
Kata orang uang memang bukan segalanya, tapi siapa yang tidak butuh uang untuk segala keperluan hidup kita. Bahkan untuk beribadah, bersedekah, berangkat ibadah ke tanah suci---umrah atau haji kan juga pakai uang. Semakin kita menjadi Muslim yang produktif dan berdaya, maka kita bisa semakin bermanfaat bagi orang lain. Tidak harus besar, karena sekecil zarrah atau atom sebuah kebaikan, bernilai pahala berlipat ganda bagi kita.
Dear Ramadan, semoga RPJP ini akan berjalan lancar, mulus dan kelak akan menjadi lahan rezeki, ruang kerja yang baru ketika saya mengisi hari-hari ketika masa pensiun itu tiba. Salam produktif dan berkah untuk semua dalam Ramadan mubarak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI