Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Solusi Mencegah dan Mengatasi KDRT dari Sekolah dengan Home Visit Siswa

15 Desember 2023   23:31 Diperbarui: 24 Desember 2023   21:33 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
home visit guru ke rumah siswa sumber gambar tribunjogja tribunnews.com

Saat mengabsen saya mendapati salah seorang siswi memakai kacamata hitam, salah satu matanya terlihat lebam. 

Ia beralasan karena kecelakaan di rumah, jatuh dari tangga. Ketika saya menanyakan mengapa ia tak istirahat saja dirumah, ia beralasan di rumah sepi dan lukanya juga tak seberapa parah.

Sepanjang proses mengajar saya di penuhi rasa penasaran, dan terus memikirkannya. Saya tak yakin jika ia mengalami kecelakaan, beberapa kali saya perhatikan ia melamun, dan catatan di bukunya berisi coretan-coretan yang tak beraturan.

Ketika bel berbunyi tanda istirahat, saya berpura-pura berlama-lama membereskan buku-buku PR dan ketika situasi memungkinkan saya memanggilnya meminta tolong membawakan beberapa buku pelajaran ke ruang wali kelas. 

Dan seperti biasa, sepanjang jalan menuju ruang wali kelas, kami saling bercerita, aku memintanya untuk berterus terang, karena saya yakin ada sesuatu yang lain terjadi padanya. 

Dengan berbagai pendekatan komunikasi dan janji untuk tutup mulut, ternyata ia mengalami kekerasan saat berusaha membela ibunya.


Dan selanjutnya saya memanfaatkan kunjungan ke rumah siswa sebagai "alasan" untuk menemukan masalah yang sebenarnya dan berusaha menawarkan solusinya, tanpa menceritakan hasil percakapan kami, dan ini saya lakukan dalam kapasitas bantuannya sebagai guru wali kelasnya .

Home Visit adalah kunjungan rumah yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling sebagai salah satu alternatif pendekatan terhadap peserta didik untuk memperoleh informasi dan membangun komunikasi yang baik kepada orang tua peserta didik dalam menuntaskan permasalahannya di sekolah.

Menurut Thantawi (1995:47) tujuan dari home visit, selain untuk keperluan melengkapi data atau informasi siswa dengan mewawancarai orang tua, dan observasi suasana di rumah. Atau meminta penjelasan tentang keadaan siswa kepada orang tua untuk membangun kerja sama sekolah dan orang tua.

guru mengunjungi rumah siswa sumber gambar edukasi kompas
guru mengunjungi rumah siswa sumber gambar edukasi kompas

Memahami Akar Masalahnya

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan permasalahan serius yang mengintai di berbagai strata masyarakat. 

Kekerasan bisa saja dialami, oleh semua kalangan, miskin atau kaya. Motifnya bukan hanya soal ekonomi, bisa saja hubungan yang tidak harmonis, kemungkinan keterlibatan pihak ketiga, Wanita Idaman Lain (WIL), atau Pria Idaman Lain (PIL) bisa menjadi salah satunya, karena dipicu oleh adanya disharmonisasi hubungan antar pasangan. Perbedaan pandangan. Banyak hal bisa menjadi pemicunya.

Untuk mengatasi kasus KDRT secara efektif, perlu adanya pemahaman dan pengetahuan kita dalam mengenali tanda-tanda kekerasan serta solusi yang logis dan mudah dipahami. 

KDRT mencakup berbagai bentuk kekerasan, baik fisik maupun psikologis, yang terjadi di dalam lingkungan rumah tangga. Agar kita bisa menjadi lebih jeli melihat kasus KDRT, perlu memahami bahwa tanda-tanda kekerasan tidak selalu terlihat secara langsung. 

konseling siswa dan guru sumber gambar kepripedia .com
konseling siswa dan guru sumber gambar kepripedia .com

Beberapa tanda mungkin bersifat subtan dan dapat diabaikan jika tidak diperhatikan dengan seksama.

Secara umum penanda adanya KDRT di suatu lingkungan keluarga atau lingkungan sekitar kita, bisa saja meliputi perubahan perilaku mendadak, cedera fisik yang tidak dapat dijelaskan, isolasi sosial, dan perubahan emosional yang signifikan.

Selain itu, perilaku kontrol yang berlebihan, seperti larangan berkomunikasi dengan keluarga atau teman-teman, juga bisa menjadi indikator penting.

Keluarga menganggap bahwa masalah keluarga sangat privasi sehingga "berbagi" dengan orang lain menjadi sangat memalukan dan menjadi aib bagi sebuah keluarga jika sampai bocor. Sehingga sulit bagi pihak lain untuk memberikan solusi atau bantuan. Apalagi dalam kondisi model masyarakat yang nafsi-nafsi, karena dapat menjadi alasan timbunya bullying berupa gosip atau gunjingan.

Sehingga secara sosial, kita juga harus meningkatkan kejelian kita, dengan melakukan observasi yang cermat terhadap perubahan-perubahan ini. 

Konseling siswa bersama guru | sumber gambar cybercounseling SMEKSA
Konseling siswa bersama guru | sumber gambar cybercounseling SMEKSA

Sebagai bagian dari masyarakat, kita harus peka terhadap perubahan dalam pola interaksi keluarga dan respons emosional terhadap situasi tertentu. Pendekatan ini memerlukan kecerdasan emosional untuk bisa  membaca isyarat yang mungkin tersembunyi di balik kedok kehidupan sehari-hari.

Masalah KDRT memang tidak sederhana, campur tangan yang berlebihan justru akan menimbulkan masalah baru, gesekan antar tetangga. Itulah salah satu tantangan utama dalam menanggapi KDRT, bagaimana menjembatani masalah tersebut tanpa dianggap mencampuri rumah tangga orang. Oleh karena itu, perlu diterapkan pendekatan yang bijaksana dan hati-hati.

Langkah pertama adalah berbicara dengan keluarga tersebut secara bijak dan mendukung. Kita dapat menyatakan keprihatinan kita tanpa menyalahkan siapa pun. 

Mejadi pendengar yang empatik dapat membantu korban merasa didukung dan mungkin membuka pintu bagi diskusi lebih lanjut. Jika situasi telah sampai pada tahap adanya keterbukaan dari si korban.

Termasuk memberikan saran bantuan memberikan nomor telepon dan alamat lembaga bantuan KDRT yang dapat dihubungi oleh korban. Pastikan informasi ini mudah diakses dan tersebar di lingkungan setempat. 

Intinya bahwa masalah KDRT bukan lagi masalah personal keluarga jika berkeinginan untuk menindaklanjuti apalagi jika dampak kekerasan ekstrim yang sudah dialaminya. Termasuk pendampingan hukum dan aduan kepada pihak kepolisian.

konsultasi siswa dan Bimpen | sumber gambar radar bekasi
konsultasi siswa dan Bimpen | sumber gambar radar bekasi

Peran Sekolah dalam Mengatasi KDRT

Sekolah memiliki peran yang signifikan dalam membentuk karakter dan menyediakan pendidikan yang lebih luas kepada siswa. Sekolah bisa menjadi solusi yang potensial.

Sekolah sebenarnya bisa memberikan pemahaman sejak dini dapat membantu membentuk sikap yang menghormati satu sama lain. Bahwa kekerasan yang terjadi di dalam rumah, bukan hanya masalah internal keluarga saja. Apalagi jika sampai terjadi kekerasan fisik.

Pendekatan berupa kunjungan wali murid ke rumah siswa (home visit) saat mendapat masalah terkait; uang sekolah, nilai raport, keaktifan siswa masuk sekolah, bahkan hingga kasus yang dialami siswa bisa menjadi solusi untuk mengetahui seberapa serius masalah yang dihadapi para siswanya.

Sebuah pengalaman saya temui saat seorang siswi tiba-tiba tak lagi bersekolah. Saat kunjungan ke rumah, ternyata orang tuanya telah menjodohkan siswi tersebut dengan seseorang yang telah membantu ekonomi keluarga tersebut. 

Kami kuatir orang tuanya memaksanya. Dengan berbagai pendekatan pada akhirnya keluarga mengalah dan membiarkan siswi bersekolah kembali. Dan selama proses tersebut saya terus memantaunya, termasuk melihat kondisi psikologisnya karena kuatir ia mendapat tekanan.

Siapa saja dapat bertindak awal untuk membantu, minimal menerima informasi, sebelum dikoordinasikan dengan pihak lainnya disekolah untuk mendapatkan solusinya.Dengan cara mengenali sinyal-sinyal tindakan KDRT. Kekerasan fisik atau psikologis.

Seperti pengalaman di kelas di awal, ketika saya menemukan cedera fisik. Termasuk tanda lain perubahan drastis dalam perilaku, seperti isolasi diri, penurunan prestasi akademis, atau agresi yang tidak lazim, dapat menjadi indikasi adanya masalah di rumah.

Guru juga harus waspada jika menemukan perubahan emosional yang tiba-tiba, seperti kecemasan berlebihan atau depresi, bisa mencerminkan dampak psikologis dari kekerasan. 

Bisa jadi berasal dari rumah karena terdapat masalah atau karena perubahan dalam pola interaksi dengan teman-teman atau guru, terutama yang melibatkan ketidakmampuan untuk menjalin hubungan sosial, bisa menjadi tanda masalah.

suasana konseling bersama guru dan siswa | sumber gambar Jurnalisme MSI
suasana konseling bersama guru dan siswa | sumber gambar Jurnalisme MSI

Dan berdasarkan pengalaman saya selama ini, kunjungan ke rumah siswa atau home visit menjadi salah satu cara efektif mendeteksi adanya KDRT yang dialami siswa atau keluarganya. Jadi media tersebut harus digunakan lebih proaktif, sebagai salah satu "jalan" mendeteksi atau membantu mengatasi persoalan yang sangat privasi ini.

referensi: 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun