Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kengerian dan Ketakutan, Terbaik VS Terburuk

3 November 2020   12:47 Diperbarui: 3 November 2020   21:25 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar  dari Pixabay, karya Geralt. Kehidupan horor

Kalau ditanyakan apakah ada film horor terbaik? Mungkin jawabnya banyak. Film horor Indonesia terbaik saja ada banyak, belum lagi film dari negara lain. Kalau ditanya apakah horor selalu berkaitan dengan hantu? Jawabnya biasanya begitu. 

Tetapi-tetapi, hantu ada macam-macam. Hantu baik, hantu menyenangkan, hantu lucu, hantu menakutkan dan hantu jahat. Kalau film horor Indonesia terbaik sepertinya banyak yang lucu. 

Seperti film horor Indonesia Djoerig Salawe dengan sutradara Sahrul Gibran. Film tentang 2 orang yang bersaing dengan bantuan djoerig. Ada ya keinginan begitu, lucu jadinya. 

Yang lebih lucu lagi. Ini cerita nyata, bukan film. Tentang menantu, tapi saat itu belum menantu. Masih pacar anak yang sama-sama kuliah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung. Sering jaga malam-malam di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung. Namanya RS di Bandung, malam-malam banyak djoerig. 

Nah calon mantu yang bukan asal Bandung dikasih tahu sama suster ada djoerig ya tenang-tenang saja. Tidak tahu kalau joerig (Bahasa Sunda) itu terjemahannya hantu (Bahasa Indonesia).

Ada film horor ada kehidupan horor. Sebab adanya film, kadang-kadang dilhami oleh kehidupan nyata. Atau sebaliknya kehidupan nyata mencontoh dari film. 

Horor adalah sesuatu sesuatu yang menimbulkan rasa ngeri dan takut yang amat sangat. Itu yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring. 

Kengerian dan ketakutan dalam sebuah film memang sering dicari, katanya bisa meningkatkan adrenalin. Itu kata banyak orang. Tetapi sebagian orang ada yang segan menonton film horor, karena kengerian dan ketakutan menyebabkan tidak bisa tidur. Apalagi kalau tidur sendirian. 

Padahal tidur tidak sendirian belum tentu aman. Jangan-jangan teman tidurnya itu djoerig. Hiiii ....

Sekali lagi ada film horor, ada kehidupan horor. Yang membedakan film horor yang sering menjadi berita adalah film horor terbaik. Sedangkan kehidupan horor yang sering menjadi berita adalah kehidupan horor terburuk. Film horor akan diusahakan dibuat terbaik, agar mendatangkan banyak penonton dan banyak keuntungan. 

Sedangkan kehidupan horor terjadi karena keserakahan, keteledoran atau mungkin kebodohan. Dan banyak menjadi berita bukan sekedar untuk  menguntungkan media berita, tetapi juga memberi tahu pengguna media berita agar tidak mengalami kehidupan horor.

Seorang ayah mencabuli anak kandung adalah suatu kehidupan horor terburuk yang ternyata ada. Sebut saja anak kandung itu bernama Lila (bukan nama sebenarnya). Memang Lila tidak tinggal bersama ayah kandung  sejak ibu kandungnya meninggal dunia. Lila minta restu dari ayah kandungnya, untuk menikah dengan kekasihnya. 

Ayah kandung sebenarnya sudah menikah lagi, tetapi istri barunya juga sudah meninggal sekitar 3 tahun yang lalu. Dari istri baru ayahnya mempunyai 2 anak, laki-laki dan perempuan. Lila bermalam di rumah ayah kandungnya, sekalian ingin melepas kerinduan kepada adik-adiknya.

Ayah kandung yang bejat mencabuli Lila, saat Lila tidur bersama adik-adiknya di ruang tengah. Katanya karena Lila sangat mirip dengan almarhumah ibu kandungnya. Keserakahan ayah kandung yang bejat, ketelodoran nenek yan melepas Lila pergi sendiri dan kebodohan Lila yang usianya masih dibawah 18 tahun, melengkapi kehidupan horor terburuk.

Belum lagi ada tetangga membuat film kehidupan horor tersebut untuk dijadikan bukti melapor kepada yang berwajib. Sungguh kehidupan horor yang entah bagaimana untuk menghapus  noda yang telah mencoreng dengan tajam.

Berbeda dengan film, kehidupan horor sepertinya memang tak akan ada yang terbaik. Tapi tidak selalu terburuk, misalnya koruptor yang merajalela, juga merupakan suatu kehidupan horor. Bisakah menjadi tidak terburuk? Seharusnya dan seharusnya, bagaimana kalau tidak? Aparat penegak hukum harus bisa mengendalikan keserakahan, ketelodoran dan kebodohan dalam masalah korupsi. 

Referensi

Bumi Matkita,

Bandung, 03/11/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun