Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Kabar Merdeka Belajar?

27 Oktober 2020   20:46 Diperbarui: 27 Oktober 2020   20:56 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa kabar Merdeka Belajar? Desian gambar dengan menggunakan Canva, oleh Rini DST.  Sumber gambar dari Pixabay, karya Geralt

Sudah setahun Mendikbud Nadiem Makarim mencanangkan program MERDEKA BELAJAR  di Indonesia. Apa kabar program Merdeka Belajar yang direncanakan akan dilakukan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Dan sampai sekarang tetap dalam perencanaan, belum sempat dilaksanakan, karena virus covid-19 mendahului menyebar pandemi. 

Dikatakannya merdeka belajar, tetapi belum apa-apa malahan sudah banyak keterkekangannya. Sudah ada siswa dipresi, orang tua yang bingung. Sehingga melakukan tindakan yang mengerikan. Bunuh diri. Orang tua menguburkan sendiri anak yang dimarahi sampai meninggal dunia. 

Pandemi covid-19 berdampak dengan cukup besar dalam dunia pendidikan, tentunya selain kesehatan dan ekonomi. Padahal program Merdeka Belajar direncanakan  untuk  meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.

Pada langkah awal, ada 4 kebijakan dalam program Merdeka Balajar.

  1. Menghapus Ujian Nasional (UN) menggantikan dengan Assesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survey karakter. AKM yang berdasarkan literasi dan numerasi, dan tidak sarat dengan hafalan. Sedangkan survey karakter mengamati sejauh mana siswa dalam menerapkan Pancasila.

  2. Masing-masing sekolah behak membuat sendiri Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). 

  3. Menyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

  4. Memperluas zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), memberi kemerdekaan kepada pemerintah daerah dalam menentukan zonasi

Untuk mendukung 4 program merdeka belajar, Mendikbud Nadiem Makarim juga melengkapi dengan Program Organisasi Penggerak (POP) dan Guru Penggerak. Tetapi POP belum biasa dilaksanakan,  karena mundurnya organisasi Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. 

Diantara program-program Merdeka belajar, yang sangat disayangkan adalah penghapusan UN dan POP. 

Teringat indahnya UN. Gambar dibuat dengan Canva oleh Rini DST.
Teringat indahnya UN. Gambar dibuat dengan Canva oleh Rini DST.

Penghapusan UN oleh Mendikbud Nadiem Makarim akan memberikan kemerdekaan bagi sementara orang. Padahal bagi sementara orang yang lain, UN bisa-bisa saja membawa kenangan cantik. Baik dalam hal mengulik soalnya, atau pun mengenang keindahan pelaksanaannya. 

Mengingat lamanya waktu kebersamaan UN dengan siswa di Indonesia, sudah berapa generasi yang mengalami keindahan bersama UN. Selama lebih dari 5 dekade siswa Indonesia bersama UN, dan sekarang akan dihapuskan begitu saja. Tentu sudah banyak siswa Indonesia yang kini hidup dengan bahagia dan tidak merasa berkekurangan, saat harus mengakhiri setiap akhir tingkat pendidikan yang dilalui dengan UN. 

Sulit dilupakan. Saat harus berangkat ke sekolah lain, untuk menempuh UN. Kadang ada teman yang berasal dari sekolah yang sama, tapi kadang hanya sendirian. Semua dijalani dengan penuh keberanian dan  persiapan dengan rasa yang merdeka. 

Mempersiapkan UN juga harus dengan cerdas literasi.

Pun cerdas numerasi.

Apa salah UN?  Siapa bilang UN membuat tidak merdeka?

Sudah lebih dari 3 generasi hidup bersama UN, Indonesia masih tetap MERDEKA! 

Bahkan sampai hari ini tetap MERDEKA! 

Dan sampai kapan pun tetap MERDEKA!

POP juga bukan merupakan program baru. 

Kalau POP adalah sekolah-sekolah yang didirikan oleh NU dan Muhammadiyah, dari sejak dulu sudah ada. Hampir di setiap kota di Indonesia ada sekolah milik Yayasan NU dan Muhammadiyah yang biasanya bangunannya sederhana. Baru-baru ini saja di kota Malang, Jawa Timur, ada Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang menjadi tujuan banyak mahasiswa Indonesia.

Kalau POP yang meripakan Corporate Social Resposibility (CSR), dari dulu juga sudah ada. Diantaranya SD, SMP dan SMA Pembangunan Jaya yang berada di komplek perumahan Bintaro Jaya. 

Pembangunan Jaya adalah suatu usaha yang didirikan oleh almarhum Ciputra yang bekerja sama dengan Pemda DKI. Dan untuk universitasnya ada Universitas Ciputra.

Mungkinkah yang akan diadakan oleh Mendikbud adalah sekolah yang ada link and match dengan dunia usaha?

Lalu bagaimana dengan SMKN yang sudah ada, dan yang biasanya akan mendapat pekerjaan sesuai bidang jika mengikuti Balai Latihan Kerja yang juga ada di hampir setiap kota di Indonesia?

Dunia pendidikan tidak selebar papan catur, harusnya Mendikbud tidak hanya duduk dan memainkan bidak-bidak catur. Apalagi melakukan perubahan-perubahan aturan jalan bidak-bidak catur. Harus meninjau secara lebih dekat, blusukan. 

Bumi Matkita,

Bandung, 27/07/2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun