Mohon tunggu...
susi respati setyorini
susi respati setyorini Mohon Tunggu... Guru - penulis

Pengajar yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Titian Sepi (5)

18 Desember 2018   05:37 Diperbarui: 18 Desember 2018   06:00 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagian 5


"Dek ..." panggilan itu lirih di telingaku.
Mbak Dini mendekatiku dan duduk sejajar. Aku terkesiap dan memperbaiki posisi duduk.

"M---Mbak Dini ... kapan sampai?" tanyaku gugup.

"Mbak ke sini lagi disuruh ... Ibu."
Sudah kuduga, pasti Ibu yang minta Mbak Dini datang lagi. Pasti Ibu minta $Mbak Dini membujuk aku untuk mau pulang ke rumah Ibu.

"Iya,  Mbak. Anin tahu."

"Kalau sudah tahu, kenapa kamu masih duduk di sini? Cepat kemasi bajumu. Kita pulang!" Suara Mbak Dini sedikit meninggi. Aku merasa Kakak perempuanku ini sudah mulai kesal.

Aku menunduk memainkan kedua jempol. Dan terus seperti itu hingga Mbak Dini berdiri dengan suara keras.

"Kanu memang keras kepala, Nin. Kamu sama sekali gak peduli dengan Ibu. Mau kamu apa sebenarnya."

Aku tetap menunduk. Pelupuk mataku mulai dipenuhi cairan bening.

"Kowe ra mesakke Ibu saben wayah nakokke kowe? Ngenteni kowe nek meh magrib? Pikiranmu ki neng endi, Nin?"[1]

Aku tak sanggup menahan air mata ini untuk tetap berada di pelupuk mataku. Kubiarkan cairan itu meninggalkan mataku bersama kegetiran yang menoreh hatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun