Mohon tunggu...
Rini Lestari Rajagukguk
Rini Lestari Rajagukguk Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa STT HKBP Pematang Siantar..

Menulis Apa adanya. Senang memperhatikan keadaan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memeluk Perbedaan

9 Maret 2021   11:52 Diperbarui: 9 Maret 2021   13:07 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Oleh : Rini Lestari Rajagukguk

Di dalam kenyataan hidup ini, tak bisa dipungkiri bahwa  manusia hidup di dalam banyak perbedaan. Di mana istilah perbedaan memiliki arti yang hampir sama dengan plural. 

Plural yang dimaksud ialah pertama dalam kehidupan masyarakat ada kelompok-kelompok yang berbeda baik dari suku, ras, maupun agama. 

Kedua, adanya prinsip bahwa kelompok-kelompok itu dapat berdampingan secara harmonis. Hal itu merupakan sesuatu yang  tidak bisa ditolak dan pasti terjadi dalam realitas kehidupan manusia, itulah yang membuat eksistensi dari pluralisme diakui adanya (Zainuddin &  Noor : 2020, 8).

Di dalam perbedaan kita diminta untuk menciptakan hidup dalam kerukunan. Maka, di tengah-tengah perbedaan sebaiknya kita menanamkan prinsip hidup yang dalam perbedaan, boleh menjadi diri sendiri tanpa harus menghilangkan identitas yang lain. Sadar atau tidak sadar kita hendak mempertanyakan bagaimana dapat bersikap dan bertindak di tengah perbedaan agar tercipta kerukunan?

Maka, dalam kehidupan yang memeluk perbedaan kita dapat menanamkan prinsip hidup bilamana kita memandang orang lain itu berada di luar kebenaran diri kita, maka akan sangat sulit menerima yang lain, dan merasa bahwa 

Kebenaran hanya ada di dalam dirinya. Dengan demikian, manifestasi sikap yang dimunculkan adalah sulitnya membangun relasi dengan orang lain yang berbeda dengan jalur kebenaran yang dimilikinya. Maka, akhirnya tulisan ini akan bermuara  kepada "bagaimana sikap kita hidup di tengah perbedaan" (Wahyudi : 2020, 520).

Sebelum kita jauh melangkah memahami bagaimana kita dapat dikatakan sebagai orang yang ramah dalam perbedaan. Maka, penulis hendak terlebih dahulu untuk menjelaskan arti dari kata'ramah'. 

Menurut KBBI, kata ramah artinya adalah baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan.

Sikap kita sebagai orang beragama harus mencerminkan sikap ramah di tengah-tengah keragaman yang ada. Keragaman itu merupakan kenyataan yang sudah menjadi kehendak Tuhan. Karena itu, keragaman yang secara pasti terendap perbedaan yang memuatinya sudah semestinya tidak dianggap faktor atau pemicu pertentangan. 

Karena hal ini sudah demikian jelas duduk perkaranya bahwa kemajemukan merupakan suatu keniscayaan. Sebagaimana konflik yang senantiasa mengisi kehidupan sosial, masyarakat, yang keberadaannya tidak akan dilenyapkan, sebab melenyapkan keduanya akan berarti menidakan kehidupan sosial itu sendiri. 

Maka, kita memerlukan pengembangan keharmonian dalam perbedaan. Semuanya itu tergantung pada bagaimana kita mengelolah konflik dan keberagaman agar keberadaannya tidak menggerus kebersamaan, namun terkendali dan terarah demi terwujudnya keharmonisan (Mahyuddin  : 2020, 9).

Pada dasarnya tak bisa ditampik bahwa kita memang tinggal bersama dan yang harus kita ketahui juga bahwa kita berbeda. Tidak bisa menganggap bahwa hanya kita satu-satunya yang paling benar, sementara yang lain tidak. Meskipun, perbedaan tak dapat dipungkiri. Maka, setiap agama sebaiknnya dapat menjungjung tinggi nilai inklusivisme agar dapat terbuka membangun dialog antar-umat beragama (Wahyudi  : 2020, 361).

Dalam perbedaan sebaiknya kita boleh dengan sikap dan tindakan inklusif. Manusia inklusif memiliki tendensi untuk meninggalkan ketidaktahuan demi mengejar pengetahuan. 

Otak dan hati, akal dan iman menjadi perangkat yang digunakan sebaik mungkin untuk dapat memahami realitas kehidupan dan realitas adikodrati. Manusia inklusif selalu belajar untuk memperluas horizon pengetahuan tetapi tak lupa dengan kodrati moralitas.

Seorang yang inklusif tidak dapat memisahkan relasi manusia, Tuhan, dan lingkungan hidup baik sebuah diskursus maupun sebagai variable praktis kehidupan. 

Relasi ketiga variable tersebut mampu membentuk manusia inklusif yang jauh dari hasrat kebencian. Manusia inklusif dengan sendirinya menentang kebencian dalam berbagai bentuk. 

Angan-angan untuk memurnikan identitas suku, ras, agama dan golongan sama sekali tidak masuk di dalam rasionalitas dan relasionalitasnya. Sebab angan-angan tersebut hanya dapat memunculkan kebencian.

Orang yang inklusif mengetahui bahwa kebencian itu berasal dari dirinya sendiri, sementara cinta berasal dari yang lain. Meskipun demikian, manusia inklusif juga sadar jika cinta difondasikan pada kepentingan pribadi semata, maka ketidakpuasan akan muncul seiring dengan harapan yang diinginkan tidak tercapai. 

Sebab, cinta bukanlah untuk diri sendiri, tetapi justru untuk kebutuhan dan kepentingan orang lain. Manusia inklusif itu menyadari bahwa ketika cinta difondasikan pada suatu persamaan, maka dirinya akan terjerumus pada ekslusivisme. Cinta tidak bersanding dengan persamaan, tetapi justru berada di tengah perbedaan (Wahyudi: 2020, 520).

Sekarang ini kita diperhadapkan pada banyak isu-isu global, semisal, perbedaan agama, penyandang disabilitas, orang-orang dengan orientasi seksual yang berbeda-beda, buruh migran, orang-orang dengan HIV/AIDS, orang-orang korban perdagangan, terorisme, dan lain sebagainya. Maka kita dapat bersikap ramah terhadap semuanya itu, bagi semua lapisan dan melintasi semua suku, budaya dan agama, tanpa memperuncing keperbedaan dan mendehumanisasi atau pun bersikap diskriminatif terhadap pihak manapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun