1. Jika saya terus terpuruk, melakukan segala hal yang merugikan diri saya sendiri, maka masa depan saya akan terancam, lalu siapa yang akan menolong saya? Kalau tidak ada yang mau menolong saya bagaimana?
Waktu itu, prestasi saya menurun drastis, saya yang biasanya rangking 1, waktu itu masuk 5 besar pun tidak. Saya merasa, apa yang saya lakukan selama itu salah.Â
Saya memang broken home, orang tua saya berpisah, tapi seharusnya tidak ada yang berubah dalam diri saya. Andaikan perubahan itu ada, maka seharusnya itu menjadi ajang pembuktian, bahwa saya bisa sukses, saya bisa berprestasi, saya bisa menggapai cita-cita saya, dan saya bisa membanggakan semua orang yang sayang kepada saya.
Sejak saat itu saya kembali fokus, dimulai dari prestasi sekolah, dan memperbaiki semua yang harus saya perbaiki. Langkah saya pun semakin jelas. Yang penting saat itu, saya bangkit dari keterpurukan.
2. Yang mengalami broken home itu bukan hanya saya, bisa jadi banyak orang di luar sana yang masalahnya lebih besar daripada saya
Semua orang diuji dengan kemampuannya masing-masing. Kamu hari ini boleh broken home dan terpuruk. Tapi, jika kamu menyikapi itu semua dengan bijak, percayalah saat ini justru kamu akan bersyukur kepada Allah karena kamu telah mengalami itu semua.
Jika kamu berhasil, maka kamu lulus di ujian itu, dan kamu akan naik tingkat untuk menghadapi ujian-ujian berikutnya.
Ujian itu, tandanya Allah sayang kepadamu. Semakin banyak ujian, semakin sayangnya Allah ke kamu. Allah sedang mendidikmu dengan cara-Nya.
Apakah anak broken home itu tidak punya masa depan?
Jawabannya tergantung. Tergantung apa yang kamu lakukan saat ini.
Apakah kamu memilih untuk bangkit dan segera gapai masa depanmu?Â
Ataukah kamu memilih terpuruk? Meratapi semua yang terjadi, seolah-olah disini kamulah yang paling menderita.
Ayo putuskan sekarang!