Mohon tunggu...
Rini Saraswati
Rini Saraswati Mohon Tunggu... Guru - Teacher - Businesswoman

Saatnya melakukan perbaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Broken Home Tidak Punya Masa Depan, Benarkah?

14 Maret 2021   06:18 Diperbarui: 14 Maret 2021   06:30 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tentang kehidupan seseorang, antara satu dengan yang lain pastilah berbeda. Ada yang hidup sederhana, tapi bahagia. Ada yang hidup berkecukupan, tapi merasa semuanya kurang. Ada yang hidup dengan keluarga normal, dan semuanya terlihat sempurna. Ada pula yang hidup dengan keluarga yang tidak normal, dan semuanya penuh dengan ujian.

Semua itu memang merupakan hal yang lumrah karena pasti ada dan terjadi di lingkungan tempat kita tinggal sekarang.

Dari keempat posisi di atas, sebagai pelakunya mereka pasti memiliki alur dan konflik cerita yang berbeda. Dan mungkin di antara satu dengan yang lainnya merasa, aku ingin menjadi seperti dia dengan kehidupannya yang seperti itu. Yang satunya lagi bilang, justru aku ingin menjadi seperti dia, hidup berkecukupan tanpa memikirkan apapun.

Hal tersebut biasanya terjadi karena kita kurang bersyukur dengan apa yang kita miliki, kita tidak mampu menerima semua yang terjadi pada diri kita, dan selalu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Padahal jika kita ikhlas saja, sabar dan menerima apa pun ketentuan Allah, maka insyaallah semuanya akan baik-baik saja.

***

Kemarin siang, saya melihat seorang bapak yang sedang bermain dengan anak kecil, terlihat bapak itu sangat menyayangi anaknya. Tetiba saya rindu akan momen itu, rindu akan kehadiran sosok ayah yang selama ini tidak cukup lama saya rasakan. Secara tidak sadar, mata saya pun berkaca-kaca.

Saya, bisa dibilang berasal dari anak yang broken home. Orang tua saya berpisah pada saat usia saya 12 tahun. Waktu itu, saya sudah cukup mengerti, orang tua saya berpisah, tidak bisa bersama lagi.

Apakah waktu itu keadaan saya baik-baik saja?

Tentu saja tidak. Saya tumbuh menjadi anak yang pendiam, cenderung pemarah, tidak berani mengungkapkan pendapat, semangat belajar saya menurun, dan ketika saya ada masalah, saya tidak ingin pulang ke rumah. Saya ingat sekali, sepulang sekolah, saya menghabiskan waktu di warnet dan baru pulang ketika waktu sudah sore.

Setahun lamanya saya terus saja seperti itu. Hingga akhirnya, saya sadar.

Inilah 2 alasan kenapa waktu itu saya sadar dan memutuskan untuk segera bangkit.

1. Jika saya terus terpuruk, melakukan segala hal yang merugikan diri saya sendiri, maka masa depan saya akan terancam, lalu siapa yang akan menolong saya? Kalau tidak ada yang mau menolong saya bagaimana?

Waktu itu, prestasi saya menurun drastis, saya yang biasanya rangking 1, waktu itu masuk 5 besar pun tidak. Saya merasa, apa yang saya lakukan selama itu salah. 

Saya memang broken home, orang tua saya berpisah, tapi seharusnya tidak ada yang berubah dalam diri saya. Andaikan perubahan itu ada, maka seharusnya itu menjadi ajang pembuktian, bahwa saya bisa sukses, saya bisa berprestasi, saya bisa menggapai cita-cita saya, dan saya bisa membanggakan semua orang yang sayang kepada saya.

Sejak saat itu saya kembali fokus, dimulai dari prestasi sekolah, dan memperbaiki semua yang harus saya perbaiki. Langkah saya pun semakin jelas. Yang penting saat itu, saya bangkit dari keterpurukan.

2. Yang mengalami broken home itu bukan hanya saya, bisa jadi banyak orang di luar sana yang masalahnya lebih besar daripada saya

Semua orang diuji dengan kemampuannya masing-masing. Kamu hari ini boleh broken home dan terpuruk. Tapi, jika kamu menyikapi itu semua dengan bijak, percayalah saat ini justru kamu akan bersyukur kepada Allah karena kamu telah mengalami itu semua.

Jika kamu berhasil, maka kamu lulus di ujian itu, dan kamu akan naik tingkat untuk menghadapi ujian-ujian berikutnya.

Ujian itu, tandanya Allah sayang kepadamu. Semakin banyak ujian, semakin sayangnya Allah ke kamu. Allah sedang mendidikmu dengan cara-Nya.

Apakah anak broken home itu tidak punya masa depan?

Jawabannya tergantung. Tergantung apa yang kamu lakukan saat ini.

Apakah kamu memilih untuk bangkit dan segera gapai masa depanmu? 

Ataukah kamu memilih terpuruk? Meratapi semua yang terjadi, seolah-olah disini kamulah yang paling menderita.

Ayo putuskan sekarang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun