Aku berjalan,
dengan pundak yang tak pernah kosong.
Tagihan, harapan, peran,
semua menempel,
seperti beban yang tak bisa kupilih.
Setiap pagi,
aku pasang wajah utuh
di cermin yang tahu aku retak.
Lalu keluar,
menjadi kuat karena tak ada opsi lain.
Mereka bilang:
“Kamu hebat, kamu tangguh.”
Tapi tak satu pun bertanya:
“Siapa yang menampung lelahmu?”
Aku belajar diam,
karena suara tak memberi makan.
Aku belajar tersenyum,
karena tangis hanya membuatku tampak lemah.
Tak ada peluk,
tak ada tanya “kamu kenapa?”
Hanya waktu yang lewat,
dan aku yang tetap berdiri,
meski sesekali ingin rebah,
tapi lupa caranya.
Hidup ini seperti utang yang terus menagih,
tapi aku tak tahu kepada siapa harus menagih kembali.
Semua menuntut,
tak ada yang menawarkan tempat untuk pulang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI