Mohon tunggu...
Rina Wijayati
Rina Wijayati Mohon Tunggu... Guru - Guru bahasa Jawa SMKN 3 Salatiga

Guru bahasa Jawa di SMKN 3 Salatiga yang mempunyai hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penerapan Unggah-Ungguh Basa Jawa

1 Agustus 2023   14:05 Diperbarui: 1 Agustus 2023   14:07 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa krama inggil yaitu bahasa percapakan antara orang tua dengan kaum ningrat, atau orang biasa dengan pejabat/ petinggi, anak muda dengan orang tua. Kata "kula" menjadi "adalem", "abdi-dalem", "kawula", kata "panjenengan" menjadi "panjenengan-dalem". Bahasa krama inggil berwujud bahasa krama semua, seperti bahasa mudha krama.

Contoh bahasa Krama Inggil:
Mudha krama = Sowan kula ing ngarsa panjenengan, perlu nyadhong dhawuh panjenengan.
Krama inggil = Sowan adalem ing ngarsa panjenengan-dalem perlu nyadhong dhawuh panjenengan-dalem.

5. Bahasa Krama Desa

Bahasa krama desa yaitu bahasa percakapan antara orang-orang desa yang biasanya orang-orang tersebut masih buta sastra. Kata-kata yang digunakan dalam bahasa krama desa, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini:

  • Kata krama atau krama-inggil dikramakan lagi, seperti: nama menjadi nami; sepuh menjadi sepah; tebih menjadi tebah, waja menjadi waos, dst.
  • Menggunakan kata-kata krama-inggil terhadap dirinya sendiri seperti: asta kula, kula paringi, kula dhahar, dst.
  • Menggunakan kata-kata kawi, seperti: yoga sampeyan; nem santun; turangga sampeyan, dst.
  • Sesuai dengan keadaan, seperti: ambetan-duren, pethakan-mori, singetan-pete, samberan-pitik, dst.
  • Sudah mempunyai arti sendiri, seperti: dhekemen-dhele, watesan-semangka, boga-agung, dst.

Contoh bahasa Krama Desa:
Krama desa= Pangestu sampeyan, inggih wilujeng, sowan kula ngaturaken kagungan sampeyan pantun gagi sapunika sampun sepah.
Krama desa: Kula dhawahi walesan, nanging boten cekap, amargi kebenan pejah sedaya.

Keterangan:
1) Kata = aku diganti kula, kowe diganti sampeyan
2) Ater-ater = dak diganti kula, ko diganti sampeyan, di diganti dipun
3) Panambang = ku diganti kula, mu diganti sampeyan, e diganti ipun, ake diganti aken
4) Kata-kata dalam bahasa krama desa diantaranya;
wedi krama desane = wedos
tuwa krama desane = sepah
jagung krama desane = boga, gandum
segelo krama desane = segenten
dhuwit krama desane = yatra
wani krama desane = wantun
Semarang krama desane = Semawis
Boyolali krama desane = Bajulkesupen

D. Bahasa Jawa Kedhaton (Basa Bagongan)

Bahasa kedhaton (basa bagongan) yaitu bahasa percakapan para prajurit dan abdi raja di dalam kerajaan dan didepan petinggi kerajaan. Berwujud kata-kata krama dengan kata-kata bahasa kedhaton. Ater-ater dan panambang, jika yang berbicara itu prajurit dengan prajurit, abdi raja dengan abdi raja, tidak dikramakan. Namun jika abdi raja itu berbicara dengan pangeran-putra, ater-ater dan panambang harus dikramakan.

Perbedaan bahasa kedhaton Surakarta dan Ngayogyakarta:

Ngayogyakarta : Utawa Purusa/wong kapisan (aku), kedhatone manira Madyama Purusa/wong kapindho (kowe), kedhatone pakenira.

Surakarta :
a) Aku bagi para putra-sentana, menjadi mara. Kowe bagi para putra-sentana, menjadi para.
b) Aku bagi para punggawa, menjadi manira. Kowe bagi para punggawa, menjadi pakenira.
c) Aku bagi para panewu-mantri, menjadi kula. Kowe bagi para panewu-mantri, menjadi jengandika.
d) Aku bagi para pujangga, menjadi robaya. Kowe bagi para pujangga, menjadi panten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun