"Menunggu Agustus"
Hari itu, udara siang terasa lebih panas dari biasanya. Lestari melihat jam tangannya---12.45 WIB. Lima belas menit lagi, UKKJ akan dimulai. Ia duduk di ruang kelas salah satu  sekolah yang disulap menjadi ruang ujian. Laptop terbuka, koneksi internet disiapkan, headset terpasang. Di luar, siswa-siswa kelas XI masih ribut di kantin dan lorong.
Tiba-tiba WhatsApp berdering.
> "Bu, nilai XI IPS 3 belum lengkap. Mohon segera ya, karena rapor mau ditarik pusat sore ini."
Lestari menarik napas panjang. Ia sudah mencoba mengisi nilainya semalam, tapi sistem e-rapor error. Kini, semua hal datang bersamaan. Nilai, UKKJ, siswa, dan... dirinya sendiri yang juga sedang kelelahan.
Jam 13.00.
Ujian dimulai.
Layar penuh dengan soal pertama---panjang, penuh narasi materi substansi , manajerial dan studi kasus dengan teks seperti koran.
Ia mulai membaca. Tapi baru soal kedua, laptopnya tiba-tiba freeze.
> "Tidak mungkin..." gumamnya. Ia mencabut charger, restart cepat, dan membuka kembali laman UKKJ.
Untungnya, sistem menyimpan jawaban sebelumnya. Tapi waktu tetap berjalan. Ia sudah kehilangan 6 menit.
Soal ke-8, ketika sedang mengetik jawaban tentang strategi pembelajaran berdiferensiasi di kelas heterogen, suara berisik dari luar masuk lewat jendela---anak-anak bermain bola di lapangan. Ia mencoba tetap fokus, tapi sulit.
Pukul 13.45, peluh mengucur dari pelipisnya. Ruangan tidak ber-AC. Soal ke-30 membahas manajemen konflik dalam lingkungan sekolah. Ironis, pikirnya, karena konflik justru sedang terjadi dalam dirinya: antara tugas sebagai guru, tekanan administratif, dan tuntutan profesionalisme.