Mohon tunggu...
Rinandita Wikansari
Rinandita Wikansari Mohon Tunggu... Associate Professor in Applied Psychology | Industrial Psychologist | Coaching MSMEs for Global Market | Developing Future-Ready Workforce

Aktif mengajar, meneliti, dan menulis seputar soft skills, kepemimpinan, hingga strategi adaptif di dunia kerja modern. Tertarik untuk menulis mengenai dinamika kehidupan akademik, dunia kerja, hingga refleksi psikologis dalam kehidupan sehari-hari—berbasis data, pengalaman, dan pendekatan yang humanis. Berdaya lewat ilmu, berdampak lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Gadis yang Menyimpan Laut di Dadanya

8 Agustus 2025   09:16 Diperbarui: 15 Agustus 2025   06:39 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lautan (sumber: unsplash.com/id/@hollandmerten)

Gadis itu berjalan setiap hari
dengan langkah ringan
namun dadanya berat,
seperti membawa laut yang tak pernah reda.

Tak ada yang tahu,
bahwa ia bisa menangis
di tengah keramaian
tanpa setetes air mata.

Ia menyimpan badai di dalam,
karena dulu, saat ia menangis,
ibunya berkata:

"Berhenti. Kau cengeng."

Di ruang konseling yang lembut,
ia belajar menyebut emosi satu per satu
seperti menamai bintang di langit.

"Ini marah."
"Ini kecewa."
"Ini kehilangan."

Hingga akhirnya,
lautan itu surut.
Bukan karena hilang,
tapi karena ia sudah belajar berenang.

Tak semua luka terlihat. Tak semua tangis membasahi pipi.

Ada gadis-gadis di sekitar kita: duduk di ruang kelas, berjalan di koridor kantor, atau menatap senja dari balik jendela, yang menyimpan badai dalam diam. Mereka tidak berteriak, tidak meminta dunia berhenti. Mereka hanya berjalan, sambil memikul laut yang terus bergelombang di dalam dada.

Puisi ini lahir dari ruang-ruang sunyi, tempat seseorang mulai belajar menyebutkan perasaannya, satu per satu. Ia adalah narasi pemulihan yang pelan namun nyata. Sebuah proses psikologis: dari terbungkam, menjadi terdengar. Dari terbebani, menjadi berenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun