Mohon tunggu...
Rina Maruti
Rina Maruti Mohon Tunggu... PNS Guru dan Penulis Buku Best Seller Gramedia

Penulis buku non fiksi dan ratusan artikel tentang dunia wanita, pendidikan, lifestyle, keluarga, bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahayanya Berkata Buruk dalam Kehidupan Sehari-hari

11 September 2025   09:33 Diperbarui: 11 September 2025   09:33 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ucapan adalah cermin dari isi hati dan pikiran seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang seseorang mengucapkan kata-kata buruk, terutama kepada orang lain, terhadap keadaan yang dihadapi, bahakan untuk dirinya sendiri.. Meskipun sering dianggap sepele, kebiasaan berkata buruk sebenarnya dapat membawa dampak negatif yang besar, baik dari sisi psikologis maupun spiritual.

Dalam psikologi, ucapan dianggap sebagai bentuk nyata dari proses berpikir. Menurut Albert Ellis, seorang tokoh terapi kognitif, pola pikir negatif yang diungkapkan melalui kata-kata dapat memperkuat emosi negatif seperti marah, cemas, dan depresi. Kata-kata buruk yang diulang terus-menerus akan memperkuat skema negatif dalam pikiran bawah sadar seseorang.

Salah satu bentuk berkata buruk yang sering luput dari perhatian adalah berkata buruk kepada diri sendiri, seperti mengucapkan, "Saya bodoh," "Saya tidak berguna," dan sejenisnya. Dalam psikologi, ini disebut negative self-talk, dan jika dibiarkan, bisa memicu stres, kecemasan, bahkan depresi. Dalam Islam, mencela diri sendiri tanpa alasan yang syar'i juga tidak dianjurkan, karena setiap manusia adalah ciptaan Allah yang memiliki potensi kebaikan.

Yang paling berbahaya itu jika orang tua sering berkata buruk pada anak-anaknya. Misalnya: "Ahhh, dasar bodoh luh!"

"Emang dasar bandel ya ini anak!"

"Dasar anak durhaka!"

Dan lain sebagainya. Ucapan-ucapan buruk seperti itu sangat banyak dilakukan oleh masyarakat kita, terutama orang-orang yang kurang berpendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama. Tidak jarang ucapan-ucapan buruk tersebut dilengkapi dengan menyebutkan berbagai jenis hewan saking tek terkendalinya emosi yang mengucapkan.  Ketika hal tersebut menjadi suatu kebiasaan, maka jangan heran jika sang anak benar-benar tumbuh menjadi orang yang seperti disebutkan di atas tadi.

Lingkungan yang dipenuhi ucapan buruk juga menciptakan pola komunikasi destruktif yang dapat merusak hubungan antarindividu. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh celaan dan kata kasar, cenderung mengalami masalah harga diri dan lebih berisiko meniru pola komunikasi tersebut.

Menurut hasil penelitian dr. Masaru Emoto, melalui eksperimen terkenalnya dengan air, juga menunjukkan bahwa kata-kata memiliki energi. Air yang "diperdengarkan" kata-kata negatif membentuk kristal yang buruk dan tidak beraturan, sedangkan air yang mendengar kata positif membentuk kristal yang indah. Meskipun eksperimen ini menuai kritik, namun secara umum banyak penelitian menunjukkan bahwa lingkungan verbal memengaruhi kondisi psikologis dan bahkan fisik seseorang.

Islam memberi perhatian besar terhadap lisan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun