Mohon tunggu...
Rina Darma
Rina Darma Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Melirik Pembangkit Listrik Tenaga Bambu

7 November 2021   04:02 Diperbarui: 7 November 2021   06:45 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumpun bambu (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Sewaktu kecil, saya suka membuat kapal layar dengan daun bambu. Cukup dilipat dan bagian tangkai daun ditusukkan ke pucuk daun. Lalu, alirkan di sungai. Balapan bersama kapal kawan. Sangat menyenangkan!

Cumpring atau bagian yang menutupi batang muda, yang bulunya jika terkena kulit akan gatal sekali dan harus diusapkan ke rambut, bunyinya tak kalah dari klakson "m telolet om" jika ditaruh di roda sepeda. Kampanye ala anak-anak desa.

Rumpun bambu ori atau dalam bahasa Jawa disebut pring ori yang begitu lebat tak kalah menarik. Ia menyimpan misteri bagi anak-anak. Gerombolan batang bambu rimbun yang dimanfaatkan para orang tua untuk menakuti anaknya supaya lekas pulang selagi magrib tiba. Banaspati atau memedi colok semacam bola api akan keluar mengejar anak-anak.

Itulah kenangan kanak-kanak saya mengenai bambu, tanaman kaya fungsi untuk konstruksi. Dari dinding, tiang, hingga atap. Begitu pula untuk kerajinan.

Namun, belakangan baru saya tahu, bambu bukan hanya menyimpan misteri banaspati tetapi juga menyimpan potensi sebagai bahan bakar nabati.  

Awalnya saya berpikir bagaimana tanaman ini menjadi bahan bakar nabati atau biofuel, apa kita harus menggunakan tungku saat memasak. Ya, karena sewaktu kecil saya masih mengalami masuk-masukin batang bambu yang sudah dibelah-belah sebagai bahan bakar.

Potensi Bambu sebagai Bahan Bakar Nabati

Bahan bakar nabati (BBN) adalah bahan bakar dari biomassa atau materi yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Biofuel dapat menjadi pilihan sumber energi bersih untuk menggantikan bahan bakar fosil yang jauh lebih ramah lingkungan. Tanpa adanya upaya mitigasi yang berarti suhu bumi diprediksi bakal naik 3-4 derajat Celcius pada 2030 sejak revolusi industri.

Dikutip dari laman madani, menurut Departemen Energi Amerika Serikat, biofuel seperti etanol menghasilkan karbon dioksida hingga 48 persen lebih sedikit daripada bensin konvensional sementara penggunaan biodiesel hanya melepaskan seperempat jumlah karbon dioksida yang dikeluarkan diesel konvensional. Ini artinya akan sangat membantu mengurangi penumpukan gas rumah kaca (grk) di atmosfer.

Menurut Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan Nadia Hadad, strategi kebijakan BBN sudah tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia serta strategi pencapaian net zero emission (NZE). Biofuel diproyeksi memainkan peran sentral mencapai target NDC 2030. Namun, tantangan dari pengembangan BBN nasional masih cukup didominasi oleh satu komoditas, yakni sawit.

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati kedua di dunia setelah Brasil. Banyak sekali potensi yang bisa digali dari keragaman floranya di antaranya bambu. 

Diperkirakan sekitar 159 spesies dari total 1.250 jenis bambu yang terdapat di dunia ada di Indonesia (alamendah.org). Bahkan Indonesia dikatakan tempat terbaik bagi tumbuhnya bambu. Sudah sewajarnya kita bisa mengoptimalkan potensi dan gencar melakukan penelitian agar diperoleh manfaat maksimal.

Laporan The International Bamboo and Rattan menyebutkan bambu dapat menyerap 100-400 ton karbon per hektare per tahun. Adapun tumbuhan lain antara 90-420 ton per hektare per tahun. Secara ekonomi, permintaan bambu sangat tinggi mencapai US$ 93 miliar atau Rp 1.312 triliun pada 2025. Sementara, saat ini pasar bambu masih dikuasai Tiongkok sebesar 60%.

Peneliti bambu Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Elizabeth A Widjaja mengungkapkan bambu bisa diolah menjadi alkohol maupun diesel. Untuk bisa menjadi biofuel, bambu dikoleksi terlebih dahulu untuk diambil selulosanya. Pada selulosa atau serat terdapat senyawa aktif yang melalui proses kimia dan fisika bisa dijadikan sebagai bahan baku biofuel. Dari keseluruhan bambu terdapat 57 persen atau lebih dari setengahnya yang bisa diubah menjadi bahan bakar nabati.

Pembangkit Listrik Tenaga Bambu

Sumber energi listrik di Indonesia hingga tahun 2020 masih didominasi bahan bakar fosil mencapai 87,4% atau 55.216 MW. Sisanya merupakan pembangkit listrik berbahan bakar Energi Baru Terbarukan (EBT). Di antaranya berasal dari tenaga air 7.5%, panas bumi 3.9%, mini/microhydro 0.7%, bio/sampah 0.3%, angin/bayu 0.2%, dan surya 0.1%. Penggunaan EBT dapat berkontribusi untuk mewujudkan target Indonesia mengurangi emisi pemanasan iklim sebesar 29% dari tingkat bisnis pada tahun 2030.

Tahun 2017, Pemerintah Mentawai menggagas listrik energi (biomassa) bambu dengan harapan dapat menjadi daerah percontohan energi berbasis masyarakat pertama di dunia. Adapun tiga konsep dalam membangun Mentawai yakni melalui pendekatan ekologi, sosial kemasyarakatan, dan ekonomi. Dalam artian orang Mentawai harus makmur secara ekonomi, namun bukan berarti lingkungan dan sosialnya rusak.

Tahun 2018, tingkat elektrifikasi Mentawai paling rendah di Sumbar dengan angka 29,80%. Pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBM) bambu dibangun sejak pertengahan 2017. Adanya PLTBM telah mampu mengaliri listrik 1.244 keluarga di Desa Madobag, Desa Saliguma, dan Desa Matotonan.

Untuk memenuhi proyek biomassa dari bambu, setiap keluarga mendapat lahan satu sampai dua hektar untuk menanam bambu. Dua batang bambu setara dengan kebutuhan energi per keluarga selama satu bulan. Satu hektar lahan dapat menghasilkan bambu sekitar 10-20 ton atau 5.000-10.000 batang bambu per tahun. Nilai investasi pembangkit biomassa sebesar Rp100 juta per keluarga. Adanya proyek ini bisa menambah pendapatan keluarga sekitar Rp1-Rp2 juta per bulan.

Namun, PLTBM bambu ini tidak berjalan mulus. Berita terakhir yang saya baca, sudah mulai redup. Tanpa kerjasama dengan PLN dan subsidi dari pemerintah, harga listrik per kwh menjadi mahal. Belum lagi, harga jual bambu yang dinilai terlalu murah. Sehingga masyarakat tak tertarik menanamnya.

Jika melirik biomassa bambu sebagai pembangkit listrik, saya sendiri merasa cukup potensial. Ketika pergi ke daerah-daerah, saya masih cukup sering melihat kebun berisikan rumpun-rumpun bambu. Namun, tentu saja tidak semua daerah akan dapat menggunakan energi ini karena harus disesuaikan potensi dan kemampuan daerah.

Setidaknya beberapa catatan mengenai tantangan pengembangan bambu sebagai BBN ini di antaranya:

  • Supply dan demand yang tidak seimbang
  • Keterbatasan lahan tidak sebanding dengan jumlah penduduk
  • Harganya yang relatif murah membuat masyarakat kurang berminat
  • Diperlukan lahan inti jika cadangan masyarakat habis sehingga tidak ada kenaikan harga yang signifikan

Karenanya, pengelolaan bambu untuk biomassa tidak bisa sendiri. Ia harus terintegrasi dengan sektor lainnya misalnya pariwisata, masuk dalam perdagangan karbon, bahan kerajinan, kuliner dari bambu muda, dan pembuatan pupuk kompos. Adanya jaminan nilai ekonomi terhadap masyarakat tentu akan lebih menarik dibanding dengan hanya mengandalkan bambu yang per kilogramnya sebesar tujuh ribu rupiah.

Bambu tidak lagi menjadi kapal-kapalan semoga ia bisa menjadi kapal sebenarnya untuk menggerakkan pembangkit listrik alternatif untuk menurunkan ketergantungan terhadap batubara. Jika bagi generasi saya, rumpun bambu menyimpan misteri banaspati maka bagi Zilenial, bambu merupakan alternatif sumber bahan bakar nabati.^^

Referensi:

Andalkan Bambu, Indonesia Berjuang Hasilkan Energi Hijau yang Aman Bagi Pedesaan diakses dari laman dw.com

Apa Itu Biofuel (Bahan Bakar Nabati)?diakses dari madaniberkelanjutan.id 

Bambu Potensial Sebagai Biofuel diakses dari lipi.go.id

Bambu: Sebuah Alternatif Berkelanjutan untuk Produksi Bioenergi di Indonesia? Diakses dari forestnews.cifor.org 

Cerita Seputar Proyek Listrik Energi Bambu di Mentawai diakses dari mongabay.co.id

Jenis-Jenis Bambu di Indonesia diakses dari alamendah.org

Peluang Mencapai Komitmen Iklim Indonesia Dengan Elaborasi Kebijakan Bahan Bakar Nabati diakses dari madaniberkelanjutan.id 

Pembangkit Listrik Biomassa Bambu di Mentawai Terus Digenjot diakses dari bisnis.com 

PLN Masih Ketergantungan Batu Bara, Ini Buktinya diakses dari csinbcindonesia.com 

Simbol Potensi Bambu di Paviliun Indonesia diakses dari bisnis.tempo.co

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun