Mohon tunggu...
Rimayanti Z
Rimayanti Z Mohon Tunggu... widyaiswara - Praktisi Pendidikan

Pengajar walau bukan guru

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Keriangan Ramadan dari Ujung Kampung

12 Mei 2020   23:32 Diperbarui: 12 Mei 2020   23:37 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Minanglamo.blogspot.com

Nyala api menyambar muka saya. Berhasil. Kedua alis saya sukses terbakar. Beruntung hanya alis saja yang terbakar. Jika api menghanguskan kulit wajah tentu akan lain ceritanya. Walaupun demikian bisa dibayangkan bagaimana bentuk wajah yang tidak mempunyai alis ketika Idul Fitri tiba.

Tidak semua cerita ramadhan berakhir horor seperti itu. Kadang-kadang kami konyol dan jahil sehingga membuat gusar orang dewasa. Kenakalan khas anak kecil. Ketika shalat taraweh berlangsung, merupakan saat yang tepat untuk bermain kucing-kucingan bagi sebagian teman. 

Jangan dikira bermain kucing-kucingan dengan sesama teman. Mereka bermain kucing-kucingan dengan pengurus masjid. Ketika imam mulai takbir rakaat pertama, anak-anak yang berada pada syaf bagian belakang serempak berdiri rapi mengikuti imam. Akan tetapi ketika imam dan makmum yang lain 

mulai rukuk, anak-anak ini mulai berlari meninggalkan syaf. Bergegas berbelanja kerupuk yang diberi kuah sate yang dijual di halaman Masjid. Pada saat duduk tasahud akhir, mereka serempak berbalik ke atas Masjid. Bunyi langkah kakinya berderap memenuhi seantero masjid. Hal ini membuat gusar orang dewasa yang tengah shalat. 

Penguruspun mencak-mencak ke belakang. Namun tidak ada yang bisa dijadikan tersangka. Karena pada saat pengurus masjid datang dengan rotan ditangan, semuanya sudah duduk di syaf dengan khusuk.

Untungnya saya tidak termasuk pada kelompok anak-anak yang seperti ini. Ibu biasanya berpesan wanti-wanti agar saya benar shalat saat di masjid.

Untuk teman-teman saya yang tidak ikut keluar masjid, bukan berarti tidak ada kejahilan yang mereka lakukan. Pada saat takbir pertama, sebagian dari mereka takbir belakangan. Tidak serempak dengan imam.  Kenapa? Karena ada "proyek" khusus yang akan mereka lakukan. Biasanya ini terjadi dikalangan anak perempuan. 

Mukena dari teman-teman yang tengah shalat saling diikatkan ujung-ujungnya. Ujung yang satu akan terikat pada ujung mukena teman yang berselang disebelahnya. Ketika masih berdiri mungkin tidak masalah. Tetapi ketika rukuk mukena akan tertarik. 

Walhasil korban ikatan ini akan jatuh terguling. Teman-teman disebelahnya akan tertawa tertahan agar tidak terdengar sampai ke syaf depan. Bukan hal yang patut untuk ditiru. Tetapi mengundang senyum ketika mengingatnya.

Tak jarang bulan Ramadhan bersamaan dengan musim durian. Nah, kalau seperti ini kejadiannya, akan ada pekerjaan tambahan bagi anak lelaki seusai tarawih dan tadarus. Mereka begadang mencari durian  jatuh ke semak-semak yang ada pohon duriannya. Buah durian tidak akan dapat ditemukan begitu saja. 

Terkadang mereka harus menunggu berjam-jam sampai buah berduri itu jatuh. Begitu terdengar bunyi berdebum mereka berpacu menuju asal suara. Siapa yang cepat dia yang akan dapat. Padahal setiap durian yang mereka dapatkan tetap disantap bersama-sama. Kenikmatan yang tiada tara menikmati durian yang matang dipohon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun