Mohon tunggu...
Blue Ambience
Blue Ambience Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar untuk sering menulis

Introvert, INFJ, suka ngedesain, penikmat kopi. Hobi menonton.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cahaya Tak akan Pernah Bisa Melihat Kegelapan

22 Juni 2018   08:15 Diperbarui: 22 Juni 2018   08:41 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua orang menjalani hidup dengan path-nya sendiri-sendiri. Pada satu waktu beberapa orang melakukan suatu tindakan secara serentak bersamaan karena kesamaan kesempatan waktu dan kesamaan kebiasaan seperti misalnya saat libur lebaran. Semua orang yang kukenal sibuk bepergian entah mudik maupun liburan. Bahkan orang yang terbilang dekat denganku pun pergi, sedangkan disisi lain suasana saat gini aku lagi nganggur-senganggur-nganggurnya.

Gak punya motor buat keluar, gak ada duit, gak ada temen, gak ada tujuan, emang gak suka keluar kalo bukan sama yang deket, sebenernya sih ok-ok aja jalan sendiri tapi suka risih aja dipandang sebelah mata karena selalu terlihat sendiri, lagian gak terlalu suka keramaian juga.

Orang terdekat terkadang suka memandang dengan pandangan melas (anggapan) beberapa ada yang sempat ngajak dengan sedikit canggung karena mungkin tahu aku emang gak pernah kemana-mana disaat liburan gini. Namun ada juga yang blak-blakan bilang "entar stress lo dirumah mulu".

Awalnya sakit hati, karena kata-katanya jleb dihati banget tapi disisi lain aku pikir orang itu cukup care karena niatnya baik yaitu ingin ngajak jalan.

Ku sedikit merenung dan berpikir kembali tentang bagaimana orang lain selalu salah paham mengartikan sikapku, yang ada ialah mereka lebih sering salah paham. Kubilang pada diriku;

"Cahaya tak akan pernah bisa melihat kegelapan, sedangkan kegelapan pasti melihat kearah cahaya meski itu sedikit. Mereka (cahaya) terlalu silau oleh cahaya mereka sehingga tak melihat kegelapan, kebalikannya kegelapan terlalu diselimuti kegelapan sehingga menggelapi diri mereka sendiri."

Artinya orang yang bahagia tak akan pernah mengerti bagaimana atau kenapa orang bersedih karena mereka dipenuhi oleh kebahagiaan disekeliling mereka, sedangkan orang yang bersedih selalu tahu alasan mengapa orang lain bahagia dan mungkin mereka (yang sedih) terlalu menganggap dirinya sendiri menyedihkan sehingga yang terlihat hanyalah kesedihan baginya.

Mungkin aku terlalu melihat keatas, sebagaimana yang kudengar bahwa melihat keatas hanya akan membuat kita kurang bersyukur atas ketetapan Allah terhadap kita karena akan selalu merasa kurang daripada orang lain, coba deh liatnya ke bawah masih banyak orang yang sama bahkan lebih kurang beruntung dibandingkan apa yang kita rasakan saat ini.

Kuncinya ialah tak usah membanding-bandingkan diri dengan orang lain, cukup itu aja. Syukur ikhlas, ikhlas, ikhlas (titik).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun