Mohon tunggu...
Riki Tsan
Riki Tsan Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Mata

Eye is not everything. But, everything is nothing without eye

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kacamata Super dan Terapi Hoaks, Ujian Nalar Masyarakat

22 September 2019   08:08 Diperbarui: 20 Juni 2021   07:11 3627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kacamata biasa terhadap kacamata super (Dokpri)

Pada acara talkshow di sebuah stasiun radio di Bekasi dalam rangka memperingati World Sight Day (Hari Penglihatan Sedunia) pada tahun 2017, seorang pendengar bertanya kepada saya, "Bagaimana pendapat dokter tentang pengobatan alternatif (non-medis) untuk mengobati penyakit mata?"

Saya menjawab singkat, "Lebih banyak keburukannya. Nyaris tidak ada kebaikannya sama sekali!"

Lalu, saya menceritakan pengalaman pribadi dalam menangani pasien pasien di rumah sakit.

Saya pernah menemukan pasien yang matanya buta total setelah ia mematuhi larangan "orang pintar" untuk menghentikan pemakaian obat obat glaukoma yang diberikan oleh dokter mata.

Beberapa pasien mengalami robekan di syaraf matanya karena selama berbulan bulan kedua bola matanya dipijat oleh orang yang mengaku bisa mengobati semua penyakit mata.

Sebagian penderita mendatangi tabib-tabib India yang berpraktik bebas di berbagai kota dan menghabiskan uang belasan juta rupiah untuk mengobati penyakit katarak yang dideritanya, namun pernyakit katarak itu tak pernah sembuh.

Saya ingat enam tahun yang lalu, masih di stasiun radio yang sama, disiarkan sebuah acara yang mengupas manfaat air dari tanaman tertentu. Si pemilik air --yang bergelar sarjana agama-- memaparkan kehebatan air tersebut yang katanya mampu mengatasi banyak penyakit medis.

Mulai dari penyakit gagal ginjal, serangan jantung, vertigo, reumatoid arthritis sampai diabetes mellitus. Bahkan, kerusakan syaraf mata yang sudah kronis dan menyebabkan kebutaanpun dapat diatasi. Cukup dengan meminum cairan tanaman tersebut! Katanya.

Dia juga mengecam obat-obat kimia yang diberikan oleh para dokter yang dianggapnya sebagai (biang keladi) penyebab penyakit manusia masa kini. Di akhir acara, ia tak lupa menawarkan "air ajaib" tersebut dengan bayaran sekian puluh ribu rupiah.

Dari pengalaman dan pengamatan saya selama ini terhadap pasien-pasien yang telah menjalankan modus pengobatan "gaib" atau nonilmiah semacam ini, kenyataannya tidak seorang pun di antara pasien pasien tersebut yang menunjukkan perbaikan ataupun kesembuhan secara medis.

Alih-alih menyembuhkan, penyakit yang mereka derita malah semakin lama semakin parah. 

Kacamata Super
Akhir akhir ini, muncul pula modus terapi lain yang dipromosikan khusus untuk mengatasi berbagai penyakit mata. 

Terapi super ini --demikian saya menyebutnya-- berbentuk alat bantu kacamata.

Dikatakan super karena hanya dengan mengeluarkan uang beberapa ratus ribu rupiah saja, anda sudah dapat memiliki kacamata super ini untuk mengatasi semua penyakit mata yang Anda derita tanpa perlu pemeriksaan dokter terlebih dahulu, seperti rabun jauh (miopi), rabun dekat (hipermetropia), rabun senja dan mata bantal, mata lelah, mata kering, peradangan mata, mata bengkak dan kantung mata.

Alat bantu penglihatan ini diklaim bekerja secara "ilmiah" karena mampu memancarkan gelombang ion/elektrik tertentu untuk mengobati penyakit penyakit mata seperti glaukoma, degenerasi makula, katarak, mengurangi atau menghilangkan ukuran kacamata, kelainan retina seperti retinopati diabetika bahkan buta warna.

Padahal, di dalam khasanah ilmu penyakit mata (oftalmologi), penyakit penyakit mata yang disebut sebut tersebut hanya dapat diatasi dengan menggunakan kacamata dengan lensa koreksi tertentu, mengonsumsi obat tetes mata, obat obat tablet, tindakan operasi dan laser serta injeksi obat-obat tertentu ke dalam bola mata.

Tentu saja, hal ini memberikan harapan besar buat para pasien yang sudah "bosan" datang ke dokter untuk mengobati penyakitnya entah karena terbebani dengan biaya pengobatan yang cukup besar, waktu pengobatan yang cukup lama ataupun penyakitnya yang tak kunjung sembuh.

Iklan kacamata ini dipromosikan dan dipublikasikan secara massif serta diperjualbelikan lewat media massa dan media sosial serta berbagai online store seperti Tokopedia, K-link, Shopee, dll.

Para pembeli dan pemakainya --seperti ditayangkan di dalam berbagai iklan-- juga bukan orang orang sembarangan, sebutlah para pejabat negara, aparat TNI/Polri, para tokoh masyarakat dan artis artis terkenal.

Namun, akhir-akhir ini, para dokter spesialis mata dari berbagai daerah melaporkan banyak pasien-pasien mereka yang 'sangat kecewa dan merasa tertipu karena setelah membeli dan menggunakan kacamata ini, mereka sama sekali tidak merasakan perbaikan/kesembuhan seperti yang diiklankan secara massif dan agressif itu.

Uang sudah melayang, tetapi penyakit tak kunjung sembuh! Lantas, bagaimana tanggapan organisasi profesi Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) terhadap kasus yang amat merugikan masyarakat ini?

Pernyataan Perdami
Pengurus Perdami Cabang Bekasi pernah mengirimkan surat kepada Pengurus Pusat Perdami (PP Perdami) agar dilakukan investigasi terhadap kasus ini serta melakukan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak agar penyebaran iklan kacamata "super" ini segera dihentikan untuk mencegah jatuhnya korban yang lebih banyak lagi di tengah tengah masyarakat.

Setelah melakukan kajian secara cermat dan mendalam, akhirnya PP Perdami mengeluarkan pernyataan resmi yang disampaikan melalui surat kepada Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat kesehatan Kementerian Kesehatan RI (no.301/Perd.XIV/Sek/9/2019) pada tanggal 11 September 2019.

Sumber: perdami
Sumber: perdami

Pengurus Pusat Perdami menyimpulkan bahwa tidak ditemukan satu pun bukti ilmiah yang menyatakan terdapat kacamata khusus yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit mata secara sekaligus.

Untuk setiap kondisi penyakit mata, telah ditetapkan panduan/guideline spesifik, berupa Standar/Pedoman Pelayanan Medis yang disusun berdasarkan bukti klinis dari berbagai penelitian/uji klinis.

Berangkat dari hal tersebut maka Perdami menghimbau agar masyarakat lebih jeli dan kritis terhadap berbagai klaim terapi penyakit, khususnya ntuk kelainan mata. Masyarakat diimbau untuk tidak tergiur klaim tersebut dan tetap memeriksakan serta mendapatkan pelayanan kesehatan mata sesuai dengan standar medis yang ada.

Hoaks?
Jadi, kacamata super ataupun kacamata kacamata sejenis tidak benar sama sekali dapat mengatasi/menyembuhkan berbagai penyakit mata seperti diinformasikan di dalam berbagai iklan promosi tersebut. 

Lalu, apakah kita bisa mengatakannya sebagai terapi hoaks ?.


Kenyataannya, organisasi profesi Perdami tempat berhimpunnya lebih dari dua ribu dokter spesialis mata di seluruh Indonesia serta memiliki pakar-pakar yang handal dan terpercaya dalam ilmu penyakit mata telah menegaskan bahwa kacamata ini tidak terbukti secara ilmiah dapat mengatasi berbagai penyakit mata.

Kita tentu menyambut gembira sikap PP Perdami ini, namun sayangnya, Pernyataan Resmi Perdami ini -sejauh yang saya ketahui- tidak segera disosialisasikan pemerintah kepada masyarakat luas, misalnya lewat berbagai media cetak, media elektronik maupun media sosial. 

Juga, tidak segera disusul dengan 'action' dari pemerintah maupun pihak pihak terkait ataupun pemerintah sendiri untuk segera menghentikan penyebaran iklan dan produk kacamata ini agar masyarakat terhindar dari paparan "informasi yang menyesatkan" sehingga tidak menderita kerugian yang sia-sia.

Salam

(dr.Riki Tsan, SpM, Ketua Perdami Cabang Bekasi dan Pengurus Pusat Perdami)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun