Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

(Parenting) 50 Menit Tangismu

9 Juni 2014   05:46 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:37 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesungguhnya di balik ketegasan, terlimpah hamparan kasih sayang. Saya menginginkan kelak putri kami tumbuh menjadi anak beretika dan menghormati orang tua. Untuk hal yang sifatnya prinsip, saya tidak pernah memaklumi tindakan salah putri kami yang masih berumur 4 tahun.

Hari Minggu dua bulan yang lalu. Kami sekeluarga berkunjung ke rumah orang tua. Bapak dan ibu kandung saya kebetulan tinggal satu kota, sekitar 10 kilometer dari rumah. Walaupun terkadang hanya bertemu sebulan dua kali, anak saya Adel cukup akrab dengan Eyang putri dan Eyang kakungnya. Pada hari itu dari siang hingga menjelang sore, Adel asyik bercengkrama dengan kedua eyangnya.

Menjelang pukul setengah delapan ketika akan pulang dari rumah eyang , Adel berniat meminjam mainan layang layang milik sepupunya. Mata Adel kelap kelip pertanda mengantuk dan ingin segera tidur. Kami pun berpamitan. Saya mencium tangan kedua orang tua. Istri saya mengikuti berpamitan, mencium tangan eyang. Saya meminta Adel untuk berpamitan kepada kedua eyangnya. Namun Adel menolak, wajahnya cemberut sembari menenteng layang layang.

Sambil berjongkok, saya membujuk Adel berpamitan, seperti yang kami lakukan. Adel pun tetap bersikeras menolak dan bergegas menuju mobil. Saya masih mengulur kesabaran. Saya terus memberikan pengertian bahwa seharian tadi sudah dimasakkan dan disuapi eyang putri. Tak elok kalau pulang tidak mau berpamitan.

Saya bersikap lebih tegas agar segera berpamitan kepada eyangnya, apabila tidak dilakukan saya melarang Adel membawa layang layang yang dipinjamnya. Adel teguh pada pendiriannya, seteguh cengkraman tangannya di layang layang yang ditenteng.

Lapisan terakhir kesabaran pun bobol. Saya renggut layang layang dari tangan Adel. Saya letakkan layang layang itu di meja sambil bergegas mengajak Adel segera pulang. Saya katakan tidak ada mainan untuk anak yang tidak sopan, dan tidak mau pamit kepada eyang.

Adel menangis keras waktu saya ajak naik ke mobil. Sepanjang perjalanan tangisan Adel yang duduk di jok belakang bersama ibunya semakin mengeras. Adel mendepak depakkan kaki ke jok sambil berteriak teriak minta kembali ke rumah eyang untuk mengambil layang layang.

Suara tangisan dan riuhnya suara istri membujuk Adel agar diam, tak membuat saya bereaksi. Saya duduk sendirian di jok depan, sambil memegang kemudi. Saya bergeming.

Lima belas menit kemudian kami tiba di rumah. Adel masih tersedu sedu. Manakala ibunya mengajak keluar tangisannya malah menjadi jadi. Adel berteriak teriakminta balik ke eyang mengambil layang layang. Adel tidak mau keluar dari mobil.

Saya tetap tidak memberikan perhatian, sibuk memasukkan tas susu dan perlengkapan baju. Setelah beberapa menit dengan usaha sekeras tenaga di tengah pijar tangis putri saya, akhirnya istri berhasil mengeluarkan Adel dari mobil. Sejak berangkat dari rumah orang tua, saya sudah melihat jam. Saya hanya ingin menguji seberapa lama Adel tahan menangis. Adel lelah. Setelah lima puluh menit akhirnya tangisan itu berhenti.

Setelah tangisan Adel mereda, saya dekap dan menciumnya, Perlahan lahan saya berikan pengertian agar menjadi anak yang sopan. Datang tampak muka, pulang tampak punggung, mau berpamitan kepada yang empunya rumah. Terlebih bertamu ke rumah eyang..

Ditulis Rikho Kusworo 8 Juni 2014 jam 22.15, sebuah catatan dari suatu malam sekitar dua bulan yang lalu.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun