Mohon tunggu...
Rika Rosilawati
Rika Rosilawati Mohon Tunggu... Alumni Mahasiswa Universitas Majalengka

Melangkah yang pasti tanpa lelah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mitos Dibalik Robohnya Jembatan Masa Penjajahan Belanda

4 Maret 2025   10:43 Diperbarui: 4 Maret 2025   10:43 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         Jembatan cikeruh yang berada di Kampung  Andir desa palabuan. Diwaktu Negara kita dijajah oleh Belanda, dengan jembatan yang panjangnya 100m, pada suatu hari jembatan tersebut rusak putus dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan lainnya, dikarenakan jembatan yang disebelah barat itu jalan dan tebingnya longsor lalu jembatan tersebut telah robohkan juga oleh banjir bandang dari sungai tersebut, lalu tak lama kemudian diperbaiki dengan cara disambung dan diperbaiki sampai selesai dan bisa dilewati oleh kendaraan lainnya. Maka setelah selesai ternyata diadakan hiburan keliningan yang disebut sinden sunda (Jaipongan) diadakan pula adat memotong kerbau lalu dagingnya dimasak oleh tamu yang hadir dan dimakan oleh semua masyarakat setempat, tetapi kepala kerbau itu dikuburkan dibawah jembatan yang rusak itu.

            Namun ada kabar lagi dari warga setempat ternyata yang dikuburkan dibawah jembatan itu bukan kepala kerbau, tetapi seorang sinden yang dikuburkan secara hidup-hidup agar jembatan itu tidak rusak lagi dan tidak roboh oleh banjir. Beberapa tahun kemudian malahan jembatan itu kembali rusak dikarenakan terkena banjir bandang lagi, lalu sampai sekarang jembatan tersebut tidak diperbaiki lagi, tetapi sekarang jembatannya dibangun lagi ke sebelah utara yang sampai sekarang  masih dilintasi oleh kendaraan lainnya. Ternyata ada juga yang bilang bila ada orang yang mandi disungai itu maka badannya akan dililit oleh tikar. Pernah kejadian pula ketika sedang mengadakan perkemahan besar yang bertempat di Andir desa palabuan itu, pas ketika ada salah satu dari sekolah yang menampilkan pentas seni diperkemahan tersebut dan ternyata si siswa itu menari jaipong, dan anehnya setelah musiknya berhenti tetapi siswa tersebut menarinya tidak berhenti malahan terus-menerus menari jaipong. Tenyata siswa tersebut disambut oleh sinden, dan sindenya itulah yang masuk ke raga siswa itu. Padahal didaerah Andir itu tidak boleh mengadakan suatu seni tari Jaipong.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun