Mohon tunggu...
Rika Rosilawati
Rika Rosilawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Mahasiswa Universitas Majalengka

Melangkah yang pasti tanpa lelah

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Jenjang SMA

25 Februari 2021   13:30 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:37 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Buku teks yang saya pilih mengenai Buku teks Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 edisi revisi 2018.
Kelas: XI SMA/SMK/MA
Adapun bagian isi dari buku yang di pilih oleh saya sendiri mengenai:

BAB III
 Mengelola Informasi dalam Ceramah
Sehingga dalam bab III ini membahas mengenai materi yang dapat saya ambil dari salah satunya materi ajar, lalu saya menelaah materi tersebut, sebagai berikut:
Mengidentifikasi Informasi Berupa Permasalahan Aktual yang Disajikan dalam Ceramah
Dalam materi ajar pada bab III, yang telah saya baca lalu dapat saya telaah di dalam mengidentifikasi informasi berupa permasalahan aktual yang disajikan dalam ceramah. Kita diharapkan mampu, memahami informasi dan permasalahan yang didengar atau yang dibaca, dan menemukan informasi dan permasalahan aktual dalam teks ceramah. Jika kita pernah tampil di depan umum, itulah salah satunya  kegiatan berbicara yang bisa kamu lakukan adalah ceramah. Dengan berceramah, kita akan membagi pengetahuan dari apa yang kita kuasai. Bahkan, melalui ceramah, kita dapat berbagi ilmu yang kita miliki kepada orang lain. Sehingga sangat bermanfaat bagi orang lain, mengenai ceramah apa yang kita telah sampaikan.
Contoh dalam Memahami dan permasalahan yang di dengar atau yang di baca, yang terdapat pada contoh teks tersebut.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang berbahagia,
Pemilihan kata-kata oleh masyarakat akhir-akhir ini cenderung semakin menurun kesantunannya dibandingkan dengan zaman saya dahulu ketika kanak-kanak. Hal tersebut tampak pada ungkapan-ungkapan pada banyak kalangan dalam menyatakan pendapat dan perasaanya, seperti ketika berdemontrasi ataupun rapat-rapat umum. Kata-kata mereka kasar atau bertendensi menyerang. Tentu saja, hal itu sangat menggores hati yang menerimanya.
Gejala yang sama terlihat pula pada penggunaan bahasa oleh para politisi kita, misalnya ketika melontarkan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Tanggapan-tanggapan mereka terdengar pedas, vulgar, dan beberapa di antaranya cenderung provokatif. Padahal sebelumnya, pada zaman pemerintahan Orde Baru, pemakaian bahasa dibingkai secara santun lewat pemilihan kata yang dihaluskan maknanya (epimistis).
Kita pun tentu gelisah sebagai orang tua. Kita sering menyaksikan kebiasaan berbahasa anak-anak dan para remaja yang kasar dengan dibumbui sebutan-sebutan antarsesama yang sangat miris untuk didengar.
 Fenomena tersebut menunjukkan adanya penurunan standar moral, agama, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat itu. Ketidaksantunan berkaitan pula dengan rendahnya penghayatan masyarakat terhadap budayanya sebab kesantunan berbahasa itu tidak hanya berkaitan dengan ketepatan dalam pemilikan kata ataupun kalimat. Kesantunan itu berkaitan pula dengan adat pergaulan yang berlaku dalam masyarakat itu.
Penyebab utamanya adalah perkembangan masyarakat yang sudah tidak menghiraukan perubahan nilai-nilai kesantunan dan tata krama dalam suatu masyarakat. Misalnya, kesantunan (tata krama) yang berlaku pada zaman kerajaan yang berbeda dengan yang berlangsung pada masa kemerdekaan dan pada masa kini. Kesantunan juga berkaitan dengan tempat: nilai-nilai kesantunan di kantor berbeda dengan di pasar, di terminal, dan di rumah.
Pergaulan global dan pertukaran informasi juga membawa pengaruh pada pergeseran budaya, khususnya berkaitan dengan nilai-nilai kesantunan itu. Fenomena demikian menyebabkan para remaja dan anggota masyarakat lainnya gamang dalam berbahasa. Pada akhirnya mereka memiliki kaidah berbahasa yang mereka anggap bergengsi, tanpa mengindahkan kaidah bahasa yang sesungguhnya.
Sejalan dengan perubahan waktu dan tantangan global, banyak hambatan dalam upaya pembelajaran tata krama berbahasa. Misalnya, tayangan televisi yang bertolak belakang dengan prinsip tata kehidupan dan tata krama orang Timur.

 Sementara itu, sekolah juga kurang memperhatikan kesantunan berbahasa dan lebih mengutamakan kualitas otak siswa dalam penguasaan iptek.
Selain itu, kesantunan berbahasa sering pula diabaikan dalam lingkungan keluarga. Padahal, belajar bahasa sebaiknya dilaksanakan setiap hari agar anak dapat menghayati betul bahasa yang digunakannya. Anak belajar tata santun berbahasa mulai di lingkungan keluarga.
Nilai-nilai kesantunan berbahasa dalam beragama juga merupakan salah satu kewajiban manusia yang bentuknya berupa perkataan yang lembut dan tidak menyakiti orang lain. Kesantunan dipadankan dengan konsep qaulan karima yang berarti ucapan yang lemah lembut, penuh dengan pemuliaan, penghargaan, pengagungan, dan penghormatan kepada orang lain. Berbahasa santun juga sama maknanya dengan qaulan ma’rufa yang berarti berkata-kata yang sesuai dengan nilai-nilai yang diterima dalam masyarakat penutur.
Oleh karena  itu,  pendidikan  etika  berbahasa  memiliki  peranan yang sangat penting. Pemerolehan pendidikan kesantunan berbahasa sangat diperlukan sebagai salah satu syariat dalam beragama. Dengan kesantunan, dapat tercipta harmonisasi pergaulan dengan lingkungan sekitar. Penanaman kesantunan berbahasa juga sangat  berpengaruh positif terhadap kematangan emosi seseorang. Semakin intens kesantunan berbahasa itu dapat ditanamkan, kematangan emosi itu akan semakin baik. Aktivitas berbahasa dengan emosi berkaitan erat. Kemarahan, kesenangan, kesedihan, dan sebagainya tercermin dalam kesantunan dan ketidaksantunan itu.
Berbahasa santun seharusnya sudah menjadi suatu tradisi yang dimiliki oleh setiap orang sejak kecil. Anak perlu dibina dan dididik berbahasa santun. Apabila dibiarkan, tidak mustahil rasa kesantunan itu akan hilang sehingga anak itu kemudian menjadi orang yang arogan, kasar, dan kering dari nilai-nilai etika dan agama. Tentu saja, kondisi itu tidak diharapkan oleh orangtua dan masyarakat manapun.
Maka dari itu, teks di atas itulah yang dinamakan ceramah, mungkin adapula yang mengatakannya teks pidato. Kita dapat menerapkannya di sekolah mungkin saja hampir setiap hari kita mendapatkannya, baik dari guru, kepala sekolah, pembina OSIS, dan pihak-pihak lainnya. Di lingkungan masyarakat pun sering kali kita mendapatkan ceramah. Dari teks semacam itu, kita dapat memperoleh tambahan pengetahuan, informasi, dan wawasan.
Dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan ceramah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian suatu informasi, pengetahuan, dan sebagainya. Yang menyampaikan adalah orang-orang yang menguasai di bidangnya dan yang mendengarkan biasanya melibatkan banyak orang. Medianya bisa langsung ataupun melalui sarana komunikasi, seperti televisi, radio, dan media lainnya.

Selain itu, ada pula yang disebut dengan pidato dan khotbah. Untuk memahami kedua hal tersebut, cermatilah perbedaan di antara keduanya.
Pidato adalah pembicaraan di depan umum yang cenderung bersifat persuasif, yakni berisi ajakan ataupun dorongan pada khalayak untuk berbuat sesuatu.
Khotbah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian pengetahuan keagamaan atau praktik beribadah dan ajakan-ajakan untuk memperkuat keimanan.
Sehingga yang dapat saya telaah yaitu menemukan informasi berdasarkan fungsi, karena bergantung pada materi dan kegunaan informasi, dan menemukan informasi berdasarkan lokasi peristiwa yaitu informasi berdasarkan tempat kejadian peristiwa berlangsung.
Kita juga dapat menelaah bagian-bagian penting dalam teks ceramah yang telah disajikan contohnya dalam bagian:
Pemilihan kata-kata oleh masyarakat akhir-akhir ini cenderung semakin menurun kesantunannya dibandingkan dengan zaman saya dahulu ketika kanak-kanak
berkaitan pula dengan rendahnya penghayatan masyarakat terhadap budayanya sebab kesantunan berbahasa itu tidak hanya berkaitan dengan ketepatan dalam pemilikan kata ataupun kalimat.

- KUALITAS TEKS YANG DISAJIKAN
Kualitas terhadap teks yang telah disajikan, menurut pendat saya sendiri yaitu:

1. Sangat bagus dan baik, dalam bab tersebut sangat memotivasi siswa untuk belajar.

2. Cakupan kelengkapan materi ajaranya mencakup subtopik atau subbab dalam pencapaian kompetensi dasar.
3. Keakuratannya terhadap contoh maupun khasus aktual yang telah disajikan
Kesesuaian materi dnegan perkembangan bahasa dan sastra

4. Mendorong keinginan untuk mencari informasi lebih jauh

- KREATIVITAS ISI BUKU

Kreativitas isi buku terhadap materi yang telah disajikan, menurut pendat saya sendiri yaitu:

1. Kesesuaian dnegan perkembangan peserta didik, dengan disajikannya contoh teks terhadap isi materi ajar tersebut, sehingga peserta didik sangat menarik untuk lebih mempelajarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun