Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tanaman Hias 2021: Keladi, Makin Ke Sini Makin Menjadi

14 Januari 2021   23:59 Diperbarui: 15 Januari 2021   00:13 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokpri

Saya tidak tahu apa hubungan antara tanaman hias 2021 yaitu tanaman keladi (foto di atas) dengan lagu "Tua-Tua Keladi" yang pernah dinyanyikan oleh Anggun C. Sasmi, tapi saya yakin tanaman keladi tidak memiliki kemiripan dengan laki-laki yang katanya semakin tua semakin menjadi (genit). Sejak pandemi dan hobi-hobi baru bermunculan, hobi memelihara tanaman hias menjadi salah satu hobi yang paling diminati oleh orang-orang yang berdiam di rumah saja. Tak terhitung berapa banyak teman saya, di Indonesia dan di luar negeri, yang menyandang status baru menjadi plant daddy dan plant mommy, dengan berbagai jenis tanaman hias sebagai "anak-anak" baru mereka.  

Tanaman keladi, yang bernama Latin Caladium untuk menandakan genus-nya, memiliki banyak nama alias, sebut saja: kuping gajah, hati Yesus, dan sayap malaikat. Tanaman yang memiliki tujuh species ini berasal dari benua Amerika dan tersebar sampai ke India, sebagian Afrika, dan berbagai kepulauan tropis (termasuk di antaranya Indonesia). Tanaman keladi tumbuh di area terbuka seperti hutan, tepi sungai, sawah, dan ladang. Dia dapat ditemukan tumbuh subur tersembunyi di antara semak-semak. Lahan kosong di perumahan saya bahkan dipenuhi oleh tanaman keladi dengan satu sampai dua variasi warna(hijau dan bintik-bintik merah muda).

Saya sendiri mulai mengoleksi tanaman keladi beberapa bulan lalu karena ... ikut-ikutan. Hehehe, iya, saya akui, saya memulai hobi mengoleksi tanaman hias karena saya terpesona setiap kali membuka media sosial. Teman-teman saya setiap hari memamerkan foto-foto cantik koleksi tanaman hias mereka. Hijau tua, hijau muda, merah, merah muda, putih, dan hitam adalah warna-warna menyejukkan yang bersliweran di depan mata saya. Setelah bergabung dengan grup alumni kampus yang mengkhususkan diri sebagai plant lover, saya makin terdorong untuk memulai koleksi saya sendiri.

Sebelum pandemi terjadi dan hobi memelihara tanaman hias menjadi tren, rumah saya sudah cukup ijo royo-royo. Di halaman depan ada pohon kamboja setinggi enam meter dan pohon cemara setinggi empat meter. Sisa lahan saya tanami rumput gajah mini dan tanaman berbunga. Prinsip saya ketika itu adalah, kalau ada akses kepada sinar matahari langsung dan polinasi oleh serangga lebih baik memelihara tanaman yang berbunga untuk dinikmati keindahannya. Bunga mawar, bougenville, soka, lavender, cocor bebek, kamboja, kamboja jepang, adalah sebagian kecil dari koleksi tanaman berbunga milik saya. Bunga lainnya tidak saya ketahui persis namanya; saya tanam karena saya suka saja dengan bentuk dan warnanya.

Begitu tren tanaman hias melanda tahun 2020, dan sepertinya akan berlanjut ke tahun 2021, saya mulai berpikir untuk menghias taman di dalam rumah yang: 1) tidak memiliki akses kepada sinar matahari langsung dan polinasi oleh serangga, 2) pengairannya bergantung kepada saya dan bukan kepada air hujan. Tanaman di pot adalah jawabannya dan untuk "memecah" kebosanan terhadap warna ijo royo-royo tadi, saya mulai mengincar tanaman yang memiliki daun bercorak dan berwarna selain hijau.

Teman baik saya di grup plant lover menyarankan untuk memulai koleksi dengan tanaman keladi. Waktu pertama kali mendengar kata "keladi saya otomatis berpikir lagu yang dinyanyikan oleh Anggun C. Sasmi itu. Setelah saya google, oh ternyata "keladi" itu pengucapan sederhana untuk nama Latinnya yaitu Caladium. 

Waktu pertama kali melihat fotonya di internet, saya sangat skeptis; bentuk begini mah biasa, di lahan kosong dekat rumah saya pun ada. Akan tetapi, semakin lama browsing di internet, saya semakin terpukau. Ternyata ya, tanaman keladi memiliki banyak corak dan warna. Ada yang daunnya hijau dengan totol-totol putih, bergaris merah muda, dominan merah muda dengan pinggiran hijau, kombinasi garis-garis hijau dan putih, bahkan yang terakhir muncul dan masih menjadi tren sampai sekarang adalah keladi wayang. 

Tanaman keladi berdaun hijau muda biasa saya dapatkan dari tetangga. Setelah itu saya mulai hunting tanaman keladi jenis apa yang bisa saya miliki tanpa harus membobol bank. Mengapa saya katakan demikian? Karena tanaman keladi dengan berbagai corak dan warna itu tidak bisa dibilang murah. Saya habiskan cukup banyak waktu untuk mencari tanaman cantik dengan harga yang pas di kantong, dan rata-rata menjual tanaman keladi dengan harga yang tidak masuk akal pascapandemi.

Bayangkan, tanaman keladi wayang dengan dua lembar daun (!) dilepas dengan harga di atas Rp 85.000,00 per pot. Jika dikalikan dengan berapa banyak area di dalam rumah yang hendak saya tutupi dengan pot berisi tanaman hias, maka saya harus siap-siap mengeluarkan banyak uang untuk sebuah keindahan. Wah, saya tidak segitu royalnya, deh, dan suami pasti protes dengan pengeluaran yang bisa dibilang tidak terduga karena menuruti keinginan untuk memuaskan hobi (baru) saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun