Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tuhan Tahu, Tidak?

10 Oktober 2020   21:25 Diperbarui: 11 Oktober 2020   02:43 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tuhan tahu, tidak?

Untuk mengisi kekosongan hatiku, aku melakukan segala cara. Aku tidak ingin mencoba sesuatu yang terlalu ekstrim, karena bagaimanapun payahnya hidupku, aku masih mencintai diriku yang masih sangat muda dan rapuh. Aku masih berani memimpikan masa depan yang berbeda dan bahagia. Aku pernah membolos sekolah berhari-hari. Dengan sepeda aku pergi ke jalan besar, menantang arus lalu lintas, berharap aku akan ditabrak dan kemudian mati. Di luar perkiraanku, semua pemakai jalan berhati-hati di sekitarku. Mungkin mereka takut urusan akan menjadi panjang jika ada yang mencelakakan anak kecil sepertiku.

Tuhan tahu, tidak?

Selama berhari-hari aku duduk di trotoar di pinggir jalan, pergi pagi dari rumah dan baru kembali pada sore hari. Kadang aku duduk di atas sadel sepedaku, kadang tidak, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang dengan masalah mereka masing-masing. Berpikir-pikir, menimbang-nimbang apa yang harus dan bisa kulakukan. Aku ingin mati, sungguh aku ingin mati. Aku tidak memiliki alasan untuk hidup. Keluargaku mengabaikanku, di sekolah aku tidak memiliki teman, nilai-nilaiku biasa saja. Tidak ada satu alasan pun yang bisa menahanku di dunia ini. Tidak ada seorang pun yang sudi memalingkan wajahnya padaku dan berkata bahwa aku dicintai, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa masa depan itu masih ada.

Tuhan tahu, tidak?

Bahwa masa depan itu datang sangat terlambat bagiku. Jika masa depan yang dimaksud orang adalah kebebasan, kesempatan untuk hidup semau diriku, maka aku baru bisa mendapatkannya beberapa dekade kemudian. Sebelum masa depan itu tiba, tanganku terantai. Aku terikat oleh harapan, tuntutan, dan keinginan kedua orang tuaku yang setiap hari dipaksakan padaku. Di mana aku harus bersekolah, berapa nilai yang harus kuraih, pekerjaan apa yang harus kudapat, gaji berapa yang harus aku berikan kepada mereka sebagai balas budi atas usaha mereka membesarkanku; semuanya direncanakan dengan matang oleh orang-orang yang mengklaim diri sebagai orang tua tanpa pernah menganggapku sebagai anak.

Tuhan tahu, tidak?

Aku jemu dengan semua itu. Namun apa daya, aku tak pernah bisa menolak. Tahun-tahun yang kujalani di dalam hidup adalah tahun-tahun untuk mengkerdilkan jiwaku, keinginanku, dan mimpi-mimpiku. Aku terlahir sebagai miniatur dua orang dewasa yang memiliki semua rencana menakjubkan untuk hidupku hanya karena mereka sendiri gagal mencapainya. Ambisi mereka ketika muda, harus menjadi ambisiku. Kegagalan mereka karena mereka keburu berkeluarga, harus menjadi keberhasilan dan pencapaianku. Aku harus menjadi manusia super yang tidak mirip sama sekali dengan mereka.

Tuhan tahu, tidak?

Walaupun hatiku hampa dan aku tidak tahu bagaimana mencintai diriku sendiri, aku masih mencintai kedua orang tuaku. Harapanku tidak pernah hilang untuk mereka, harapan supaya mereka pada akhirnya akan mencintaiku juga, akan mengajariku bagaimana mencintai orang lain. Ayah dan ibuku adalah orang-orang yang mencintai diri sendiri lebih dari apa pun di dunia ini. Dengan menikah dan memiliki anak, mereka berharap akan membagikan cinta itu. Yang terjadi justru kekacauan karena ego mereka selalu menghadang setiap kali mereka harus berkorban untuk orang lain yang mereka cintai.

Tuhan tahu, tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun