Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Empat Jenis Perbudakan yang Mungkin Masih Membelenggu Kita

18 Agustus 2020   01:30 Diperbarui: 18 Agustus 2020   09:35 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tolong jangan beri saya tugas ini, saya pasti tidak mampu."

Ketika kemalasan dan iri hati hanya memperbudak perasaan, rendah diri memperbudak perasaan dan pikiran kita juga. Pikiran kita akan dilumpuhkan, dicekoki dengan sebuah kebenaran palsu bahwa kita pasti tidak bisa, pasti gagal, pasti mengecewakan. Padahal kita belum mencoba, padahal kita hanya melihat dari jauh pencapaian orang lain dan mengira-ngira bahwa kita tidak akan bisa sesukses itu.

Duluuuu sekali saya pernah mengikuti sebuah seminar cara cepat menjadi sukses atas ajakan teman kuliah saya. Di sana pembicaranya berkata bahwa rendah diri adalah kesombongan yang terselubung. Saya tersentak waktu mendengarnya. Kok bisa? Bagaimana mungkin?

Menurut pembicara itu, orang yang rendah diri sebenarnya merasa paling pintar, paling jago, paling berbakat di lingkungannya. Dengan kata lain, dia tinggi hati. Akan tetapi, begitu dibenturkan dengan orang-orang di lingkungan lain, dia akan melihat dirinya ternyata tidak sehebat yang dia pikirkan. Di sinilah dia mulai membungkus diri dengan perasaan minder; semata-mata karena ada perbandingan dengan orang lain.

Apa pendapat kamu, apakah menurut kamu yang pembicara itu sampaikan ada benarnya? Menurut saya, iya. Oleh karena itu rendah diri adalah salah satu dari empat perbudakan yang saya daftarkan. Rantai rendah diri harus dipatahkan supaya kita bisa menempatkan diri kita dan orang lain pada kotak yang benar, pada porsi yang tepat.

Perbandingan pada intinya adalah untuk memecut semangat berjuang, bukan untuk mencapai sebuah standar dan akhirnya menjadi depresi karenanya. Rendah diri harus diganti dengan kepercayaan diri bahwa semua orang unik, bahwa semua orang berlari pada lintasannya masing-masing. Tidak perlu menengok ke lintasan yang lain, cukup berkonsentrasilah pada tugas kita untuk berlari sebaik-baiknya sampai mencapai garis akhir.

4. Terlalu ingin tahu

Rasa ingin tahu membuat pengetahuan berkembang, rasa ingin tahu membuat manusia tidak diam di tempat. Rasa ingin tahu adalah baik untuk membantu manusia senantiasa mengoreksi dirinya terhadap lingkungan sekitarnya. Akan tetapi, rasa terlalu ingin tahu adalah rantai perbudakan yang memperlambat langkah kita untuk bekerja dan berusaha.

Rasa terlalu ingin tahu terhadap apa?

Terhadap kehidupan orang lain. Terhadap pencapaian orang lain, terhadap kegagalannya, terhadap gosip-gosip yang menimpanya. Rasa terlalu ingin tahu membuat banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari berkelana di media sosial, mengintip keseharian orang yang mereka kenal dekat ataupun tidak. Apa output yang diharapkan?

Tidak jelas. Atau saya boleh bilang, malah tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun