Mohon tunggu...
Risma rachmawati
Risma rachmawati Mohon Tunggu... mahasiswa

mahasiswa komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Isu Kesehatan Mental : Studi Kasus Mahasiswa UNNES Diduga Bunuh Diri

25 Juni 2025   11:18 Diperbarui: 5 Juli 2025   22:12 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mahasiswa Menghadapi Tekanan Mental Sumber Gambar : Freepik ( edit visual AI tools ) 

Dalam gemuruh kehidupan kampus yang tampak dinamis, penuh semangat, dan sibuk mengejar prestasi akademik maupun organisasi, sering kali tersembunyi sisi yang senyap pergulatan batin mahasiswa yang tidak terlihat. Di balik tugas-tugas menumpuk, rapat organisasi yang tak ada habisnya, dan tekanan untuk selalu tampil produktif, tidak sedikit mahasiswa yang memikul beban psikologis secara diam-diam. Kesehatan mental, yang seharusnya menjadi pilar penting dalam kehidupan mahasiswa, justru kerap dipinggirkan atau bahkan dianggap tabu untuk dibicarakan secara terbuka.

Di balik hiruk-pikuk kuliah, rapat organisasi, dan tuntutan prestasi, banyak mahasiswa diam-diam memikul beban psikologis. Sayangnya, stigma masih kuat  merasa cemas atau depresi sering dilabeli "lemah" atau "manja", sehingga mereka memilih bungkam dan berpura-pura "baik-baik saja".

Tragedi dugaan bunuh diri mahasiswi UNNES, NJW (10 Oktober 2023), mengguncang publik sekaligus menyingkap kelemahan sistemik kampus belum menyediakan ruang aman, layanan psikologis minim, media cenderung sensasional, dan masyarakat belum memandang sakit mental setara dengan sakit fisik. Peristiwa ini menegaskan bahwa kesehatan mental mahasiswa adalah isu mendesak yang membutuhkan empati dan dukungan nyata dari semua pihak.

Kasus bunuh diri yang menimpa seorang mahasiswi UNNES menjadi cermin nyata dari kompleksitas persoalan kesehatan mental di lingkungan perguruan tinggi, sekaligus memperlihatkan adanya kegagalan kolektif dalam sistem komunikasi dan dukungan psikososial bagi mahasiswa. Tekanan akademik, ekspektasi sosial, serta dinamika kehidupan kampus sering kali menciptakan beban psikologis yang berat, namun masih banyak mahasiswa yang tidak memiliki akses yang memadai untuk menyalurkan perasaan dan mendapatkan pertolongan profesional. 

Dalam perspektif teori modernisasi, pembangunan yang seharusnya mencakup kesejahteraan psikologis masih terhambat oleh rendahnya literasi kesehatan mental dan minimnya layanan konseling di lingkungan pendidikan. 

Teori spiral keheningan menjelaskan bagaimana mahasiswa yang mengalami tekanan mental cenderung memilih diam karena takut terhadap stigma sosial, memperparah kondisi mereka karena rasa terasing dan ketidakberdayaan. 

Selain itu, teori agenda-setting menyoroti peran media dalam membentuk opini publik sayangnya, banyak media justru memberitakan isu bunuh diri secara tidak etis dan sensasional, memunculkan efek domino atau Werther effect, alih-alih membangun empati dan kesadaran masyarakat. Dalam konteks ini, berbagai aktor komunikasi memiliki tanggung jawab yang saling terhubung. Mahasiswa merupakan pihak yang paling terdampak dan seharusnya didorong untuk aktif menyuarakan kebutuhan akan ruang aman dan dukungan mental. Pihak kampus, terutama dosen dan tenaga pendidik, idealnya menjadi garda depan dalam mendeteksi tanda-tanda gangguan psikologis mahasiswa dan menyediakan sistem rujukan yang cepat dan tepat. Keluarga sebagai lingkungan terdekat diharapkan mampu menjadi tempat perlindungan emosional yang terbuka dan bebas dari tekanan berlebihan. 

Media sosial juga memiliki peran besar dalam membentuk narasi publik, namun perlu diarahkan untuk menyampaikan informasi secara etis dan edukatif. Pemerintah, sebagai pembuat kebijakan, harus mulai menyusun strategi komunikasi yang berbasis pada pendekatan partisipatif, menyasar generasi muda, dan menjangkau mereka melalui kanal-kanal komunikasi yang relevan dan akrab. Di sisi lain, berbagai tantangan menghambat optimalisasi penanganan kesehatan mental, mulai dari lemahnya komunikasi interpersonal dan intrapersonal mahasiswa, terbatasnya sistem komunikasi krisis di institusi pendidikan, hingga kurangnya pemahaman publik tentang pentingnya kesehatan mental. Oleh karena itu, strategi komunikasi yang berkelanjutan dan multidimensi sangat dibutuhkan, tidak hanya dalam bentuk penyuluhan, tetapi juga dalam perancangan kebijakan, advokasi publik, serta normalisasi perilaku mencari bantuan profesional. Selain itu, pengelolaan kecemasan juga perlu dilakukan baik melalui jalur medis, seperti konsultasi dengan psikolog atau psikiater, maupun melalui pendekatan mandiri seperti meditasi, teknik pernapasan dalam, dan praktik relaksasi lainnya. Semua pihak harus bersinergi menciptakan ekosistem sosial yang sehat, suportif, dan inklusif agar mahasiswa dapat menjalani masa pendidikannya dengan kondisi mental yang stabil dan produktif.

Kasus bunuh diri mahasiswi UNNES menunjukkan bahwa kesehatan mental mahasiswa masih terabaikan dan belum didukung oleh sistem yang memadai. Gangguan kecemasan dan tekanan psikologis bukanlah masalah sepele, melainkan isu serius yang memengaruhi masa depan generasi muda. Penanganan masalah ini membutuhkan peran aktif berbagai pihak mahasiswa, kampus, keluarga, media, dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem yang suportif. Diperlukan strategi komunikasi yang tidak hanya informatif, tetapi juga empatik, terbuka, dan bebas stigma. Jika dibiarkan, akan semakin banyak mahasiswa yang menderita dalam diam. Menjaga kesehatan mental mereka adalah investasi jangka panjang bagi bangsa yang kuat dan berdaya saing.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun