Peminat objek wisata religi khususnya para peziarah hampir menyeluruh khususnya pada masyarakat muslim di Indonesia. Apakah para wargi sumedang sudah pernah berziarah ke dayeuh luhur? Â Yuk berkunjung karena petilasan yang ada di Dayeuh Luhur Sumedang ini memiliki pemandangan yang memanjakan mata dan sebagai pengenalan sejarah juga.Â
Desa Dayeuh Luhur, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang merupakan suatu desa, daerah, dalam kajian sejarah Kerajaan Sumedang Larang dan dari hasil penelitian, pernah menjadi pusat pemerintahan dari Kerajaan Sumedang Larang bahkan sampai sekarang telah berevolusi menjadi petilasan, jejak sejarah, dan menjadikan daerah ini sebagai objek wisata religi.
Objek awal yang perlu diketahui di daerah ini terdapat jejak makam yang disepakati dan dipercayai sebagai tokoh-tokoh penting dari Kerajaan Sumedang Larang, diantaranya Pangeran Angkawijaya (Prabu Geusan Ulun) yang menjadi bupati Sumedang Larang tahun 1578-1610, "Ratu Harisbaya (merupakan istri dari Prabu Geusan Ulun) yang dibawa Prabu Geusan Ulun ke Sumedang dari Cirebon yang tertulis dalam naskah "Carios Babad Sumedang" (Burhanudin, 2012), serta petilasan dari tokoh kerajaan Padjajaran yang menjadi pengawal khusus dari Prabu Geusan Ulun.
Sejarah dari Dayeuh Luhur sebagai makam dan petilasan daripada kedua tokoh penting tersebut dimulai ketika kedatangan Prabu Geusan Ulun ke daerah tersebut dikarenakan adanya peperangan dengan Cirebon yang dimana tempat ini menjadi suatu tempat singgah kedua setelah keraton utama Kerajaan Sumedang Larang. Kedatangannya dikabaran karena sudah adanya kabar mengenai wasiat tokoh kandaga lante (Embah Jaya Perkasa) untuk mengunjunginya di gunung Rengganis yaitu gunung yang berada di Dayeuh Luhur dengan memiliki daya tarik yang tinggi. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan adanya petilasan seperti moksa atau tilem dari Embah Jaya Perkasa yang dipercaya sebagai tongkatnya yang lokasinya berada di lokasi yang tinggi. Perlu diketahui bahwa yang menjadi penting di petilasan ini tidak harus dimaknai sebagai objek makam.
Objek wisata religi Dayeuh Luhur dalam sejarahnya menentukan makam-makam yang ada disana melalui berita dari Kuncen, bahwa dalam penemuan dan penetapan makam berawal dari Pangeran Suriyadiwangsa untuk menemukan objek atau tempat yang menjadi peristirahatan terakhir Menurut Kuncen Natawirya, "dari ayahnya Prabu Geusan Ulun, dengan memerintah Eyang Tarumanangala dan Eyang Mursyid. Ikhtiar dari keduanya melalui tafakur di temapat yang bernama Haur Pucuk yang diberitakan selama 7 hari dengan mempunyai hasil berupa adanya 11 nur atau cahaya  yang memancar, dan diantara 11 itu yang paling memancar adalah yang cahaya yang pertama. Yang dipercaya bahwa yang pertama itu menandakan tempat seorang raja yang ditetapkan menjadi makam Prabu Geusan Ulun tahun 1611". (23/11/21 10:20)
Tatanan masyarakat yang ada di Desa Dayeuh Luhur sejak kehadiran Prabu Geusan Ulun tidak begitu diketahui. Namun kemungkinan sejak awalnya tidak terdapat suatu tatanan masyarakat di daerah ini, dikarenakan letak daerah yang tadinya hanya gunung murni dan tidak ada apa-apa. Namun setelah kedatangan Prabu Geusan Ulun diperkirakan mulai hilir mudiknya manusia yang kemungkinan pendatang atau masyarakat yang dibawa atau berasal dari pusat keraton Sumedang Larang.(Natawiriya, 2021)
Objek yang dapat dikunjungi lainnya adalah adanya tempat-tempat yang sering kali disebut keramat. Pertama adalah tempat tujuh air keramat yang dipercaya memiliki keutamaan masing-masing diantaranya. Ciasihan (daya tarik dan pemikat dari segala urusan), Cikajayaan (awet muda), Cikahuripan (badan sehat, dan dipakai pengobatan), Cikawedukan (kekebalan tubuh), Ciderma (air yang sangat bersih), Cimenceger (berwarna biru), Cipaingan (untuk menangkal orang-orang yang berbuat jahat). (Hermawan, 2001)
     Adapun hal-hal mitos yang ada disini seperti adanya larangan untuk memakai batik, yang jika dilihat tujuannya untuk mengingatkan kepada para pengunjung untuk selalu memiliki hati yang bersih dan tidak bercorak ketika hendak melakukan ziarah dan berdoa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI