Mohon tunggu...
Muhammad Rifqi Azzaky
Muhammad Rifqi Azzaky Mohon Tunggu... Mahasiswa

43225010037- S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercubuana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen Pengampu Prof.Dr, Apollo, M.SI.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif

16 Oktober 2025   01:52 Diperbarui: 17 Oktober 2025   07:42 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Modul PPT Prof Apollo 2025
Modul PPT Prof Apollo 2025

Epictetus (50–135 M) – Filsuf Stoik Yunani. Contoh Kasus dan Penerapan:
Seorang karyawan gagal mendapatkan promosi jabatan yang diharapkan.
Alih-alih kecewa atau menyalahkan atasan, ia berpikir seperti Epictetus: “Saya tidak bisa mengendalikan keputusan atasan, tetapi saya bisa mengendalikan sikap dan kinerja saya.” Dengan pandangan ini, ia tetap tenang, fokus memperbaiki diri, dan tidak dikuasai emosi negatif. 

Kesimpulan:
Epictetus mengajarkan bahwa kebahagiaan bergantung pada kendali atas pikiran, bukan keadaan luar. Dengan menerima hal yang tak bisa diubah dan berfokus pada tindakan baik, kita memperoleh kebebasan batin dan ketenangan sejati. Seperti kata Epictetus:
"No man is free who is not master of himself". (Tidak ada manusia yang benar-benar bebas kecuali ia mampu menguasai dirinya sendiri.)

Modul PPT Prof Apollo 2025
Modul PPT Prof Apollo 2025
Friedrich Nietzsche (1844–1900)–Konsep"The Will to Power" dan "Ja Sagen" 

1. The Will to Power (Kehendak untuk Berkuasa)
Konsep The Will to Power merupakan inti filsafat Nietzsche yang menggambarkan dorongan alami setiap makhluk untuk berkembang, melampaui batas, dan menegaskan diri. Bukan sekadar keinginan menguasai orang lain, tetapi daya hidup yang mendorong manusia untuk bangkit, berkreasi, dan memberi makna pada kehidupannya. Melalui semangat ini, manusia menghadapi penderitaan dengan keberanian dan membentuk kebebasannya sendiri.

2. Ja Sagen (Menyatakan "Ya" pada Kehidupan)
Dari semangat Will to Power lahir sikap Ja Sagen penerimaan penuh terhadap kehidupan, termasuk penderitaan dan kegagalan. Nietzsche menolak pandangan moral hitam putih seperti "baik/jahat", dan mengajak manusia untuk mengafirmasi hidup apa adanya. Dengan berkata "ya" pada seluruh pengalaman, manusia menjadi kuat, bebas, dan mampu menemukan makna sejati dalam keberadaannya.

Modul PPT Prof Apollo 2025
Modul PPT Prof Apollo 2025

3. Hubungan dengan "Amor Fati"
Berarti "mencintai takdir", dan merupakan bentuk tertinggi dari sikap Ja Sagen atau penegasan terhadap kehidupan. Bagi Friedrich Nietzsche, manusia tidak hanya diajak untuk menerima nasib, tetapi juga mencintai seluruh pengalaman hidup, termasuk penderitaan, kesedihan, dan kegagalan, sebagai bagian yang indah dan bermakna dari keberadaan. 

4. Hubungan dengan Pemikiran Demokritos
Nietzsche menolak moralitas yang membagi hidup menjadi “baik” dan “buruk”. Seperti gagasan Demokritos tentang atom, ia melihat kehidupan sebagai satu kesatuan utuh yang harus diterima sepenuhnya, termasuk suka dan duka. 

Modul PPT Prof Apollo 2025
Modul PPT Prof Apollo 2025

5.Contoh Penerapan
Saat kehilangan pekerjaan, alih-alih marah atau kecewa, seseorang yang mengadopsi Ja Sagen dan Amor Fati berpikir, "Ini bagian dari hidupku. Aku akan mencintai pengalaman ini dan belajar darinya".  Dengan cara ini, ia tetap tenang, kreatif, dan menegaskan hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun