Mohon tunggu...
Muhammad Rifqi Rizza Firdi
Muhammad Rifqi Rizza Firdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Budak

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perjuangan Seorang Guru Sekolah Dasar

7 November 2022   23:25 Diperbarui: 7 November 2022   23:27 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat mengajarkan hitung-menghitung, Bu Rukinah juga memasang standar. Siswa yang belum bisa penambahan dan pengurangan di kelas, beliau bimbing di luar jam belajar, sehingga ketika naik ke kelas 2, semua siswa sudah memiliki kemampuan penambahan dan pengurangan sederhana.

Bila ada siswa yang belum menguasainya, jangan harapkan dapat naik kelas. Di kelas 2 beliau meningkatkan kemampuan hitung-menghitung para siswa ke perkalian dan pembagian sederhana.

Demikianlah standar yang ditetapkan Bu Rukinah terhadap para siswanya. Penetapan standar cukup realistis dan ketat serta diwujudkan dengan penuh rasa tanggung jawab. Inilah salah satu yang menyebabkan Bu Rukinah dirindukan dan dicintai oleh siswa-siswinya setelah mereka meninggalkan sekolah.

Menjadi guru desa pada tahun 1950-an sampai dengan 1980-an adalah pekerjaan yang sangat terhormat. Guru betul-betul mulia dan menduduki tempat yang tinggi di hati masyarakat. 

Demikian pula dengan Bu Rukinah. Beliau sangat dihormati, bukan hanya oleh para siswanya, tetapi masyarakat pun menghormati beliau. Penghormatan itu hanyalah sebatas moril, secara material keadaannya cukup memprihatinkan. Paling-paling Bu Rukinah mendapat kiriman makanan atau hasil panenan yang diberikan orang tua siswa sebagai ucapan terima kasih atas pengorbanannya. Itu pun hanya ala kadarnya, karena memang ekonomi saat itu masih sangat sulit.

Namun, apakah dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan, lalu Bu Rukinah bermals-malasan menunaikan tugasnya? Ternyata tidak. Beliau terus menjalankan tugasnya. 

Hampir tidak ada yang berubah sejak beliau menjadi guru desa sampai beliau mengakhiri tugasnya. Yang saya maksud tidak berubah adalah semangatnya tetap menyala, kedisiplinanya tetap tinggi, tanggung jawabnya penuh, dan kesabarannya tidak pernah habis. Kepeduliannya kepada siswa tidak pernah surut.

Hal yang tak kalah menarik dari sosok guruku yang satu ini adalah bahwa beliau tidak suka mengeluh. Ya, kalau suka marah sedikit-sedikit kepada siswa yang agak bandel saya anggap suatu hal yang wajar. 

Beliau terus melakukan tugasnya, tidak mengenal hujan atau panas. Kalau bukan hari libur, setiap hari beliau menjalankan tugasnya sebagai guru. Yang saya herankan, beliau jarang terdengar sakit, izin atau datang terlambat ke sekolah. Dapat dibayangkan, bila beliau sering sakit atau izin, maka ada 2 kelas siswa yang akan liar seperti ayam tak punya induk. Bu Rukinah pun diberkati Allah Swt. selalu sehat wal afiyat.

PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK

Kisah Bu Rukinah tersebut mudah-mudahan menjadi spirit bagi para guru yang hidup di masa kini. Keadaan guru di masa kini jauh lebih sejahtera dibandingkan dengan era tahun 1950-an sampai 1980-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun