Mohon tunggu...
Rifan Abdul Azis
Rifan Abdul Azis Mohon Tunggu... Penulis - duduak samo randah tagak samo tinggi

duduk sama rendah berdiri sama tinggi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepiawaian Jokowi, Keberingasan Ahok, dan Kecerdikan Ridwan Kamil

23 Agustus 2016   20:50 Diperbarui: 27 Juli 2017   07:37 2677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini sebenarnya berawal dari obrolan saya tadi pagi dengan tokoh masyarakat Bandung. Katanya beliau menjabat jabatan penting di lembaga kenamaan di Indonesia untuk wilayah Bandung, tak perlu saya sebutkan nama lembaganya. Pertemuan saya dengan beliau berawal dari saya yang tidak jadi berenang tadi pagi karena air minum di tas saya tumpah sehingga membuat basah baju salin saya dan buku yang ingin dibaca sambil menunggu teman saya. Akhirnya saya hanya nangkring duduk manis sambil menikmati susu coklat dan cemilan terkenal di kota saya di bawah pohon rindang yang sejuk di samping danau buatan yang asri juga dikelilingi rumput hijau nan terawat.

Lalu dalam kenikmatan yang penuh kedamaian di pagi hari yang cerah itu datanglah beliau seorang tokoh masyarakat Bandung, beliau baru saja selesai lari di trek kerikil bata tanpa alas kaki, luar biasa kata saya. Karena tempat saya nangkring ada empat kursi dan hanya satu kursi diisi saya, beliau datanglah dengan ramah kepada saya mengisi kursi kosong yang tersedia. Obrolan awal kami adalah mengenai kesehatan, beliau memperlihatkan tapak kakinya yang kuat yang dimana kata beliau sudah 15 tahun beliau lari tanpa alas kaki, ruarr biasa. Namun obrolan kami akhirnya ngarol ngidul kaditu kadie kami ngobrolin Mahasiswa, Politik, Proyek, Pariwisata, CSR 17an, PON Sempetember nanti, dan juga ngobrolin Bisnis Kreatif. Beliau memberikan banyak masukan kepada saya. Namun yang menarik adalah obrolan kami mengenai politik yang garis besarnya adalah judul artikel ini “Kepiawaian Jokowi, Keberingasan Ahok, dan Kecerdikan Ridwan Kamil”

Kepiawaian Jokowi

Ketika beliau memaparkan kepiawaian Jokowi ini terlihat beliau mengerti kondisi perpolitikan di Indonesia karena pengalaman beliau. Beliau menjelaskan mengenai Tax Amnesty, Legislatif Koalisi Merah Putih dan Indonesia Hebat (DPR MPR), dan Investor Aseng. Beliau mengatakan kalau strategi Jokowi ini kreatif sekali dalam menjatuhkan lawan-lawan politiknya di legislatif yang di wakili koalisi merah putih. Bagaimana tidak? Beliau mengatakan kalau jokowi ini menjatuhkan lalat tanpa menepaknya, orang bilang kalau jokowi ini akan lengser dalam waktu dekat karena lawan politiknya, ehh tau taunya lawan politiknya satu per satu malah jadi kawan.. kok bisa? Dengan  Tax Amnesty di tangan kanannya dan Investor Aseng di tangan kirinya, Jokowi membuat budgeter DPR kewalahan.

Dengan Tax Amnesty kata beliau uang akan banyak yang masuk ke Indonesia dan pemilik uang akan aman, lalu untuk masalah investor aseng beliau mengatakan investor aseng itu kan dia mau kasih modal dia mau kelola dan dia mau kerjain semua. Nah dengan kedua power Jokowi inilah budgeter anggota DPR pusing karena proyek-proyek negara ini kagak pake duit disana jadi tidak bisa lagi duit ngalir ke mereka, gak balik modal kampanye mereka, pusing mereka, akhirnya merapatlah ke Jokowi mereka. Hahaha ketawa kita berdua. Walau saya harus mempelajari lebih dalam tentang apa yang diucapkan beliau, saya menyahut, “Sistem sekarang kan memang kapitalis” nah betul kata beliau “kapitalis memang sistem sekarang itu”.

Lalu kita beranjak berbicara mengenai pribadi jokowi yang seorang pengusaha  kaya dengan label sederhana. Saya bilang “Sekarang kan ada pergeseran tren, kalau dulu para pengusaha kapitalis yang menaruh pionnya di pemerintahan, nah sekarang merekalah yang langsung masuk ke pemerintahan” Beliau langsung mengiyakan perkataan saya sambil menyebutkan teman-teman pengusahanya yang sekarang jadi anggota DPR. Dahsyat!

Keberingasan Ahok dan Kecerdikan Ridwan Kamil

Entahlah mengapa obrolan hangat ini malah nyinggung-nyinggung Ahok, sebagai warga Cimahi yang tinggal di Bandung saya tak terlalu memperhatikan permasalahan Ahok yang selalu menjadi perbincangan panas di negara ini, namun tak apalah membahasnya sekali-kali. Pembahasan kita berawal dari kondisi psikologis masyarakat Jakarta. Beliau menggambarkan sambil menceritakan pengalamannya di Jakarta “kalau kamu dijakarta dan sedang di metro mini kamu liat copet, jangan kamu teriak copet, pas turun metro mini habislah kamu! Saya dulu pernah mau dicopet tapi saya bilang ke copetnya ‘bang kita satu profesi’ ehh pas saya turun saya dikasih 20rebu” haha kita tertawa kembali. Lalu kita membicarakan kondisi Jakarta yang tidak sama dengan kota-kota lainnya karena Jakarta memang pusat Indonesia, disana masyarakatnya keras seperti Ahok.

Nahh kata beliau itulah mengapa Ahok cocok di Jakarta dia itu bringas dan sejak di Bangka dia memang sudah begitu. Cobalah lihat Foke saja yang orang sana kalah walau dulu Ahok wakil, Risma? Tak bisalah ia karena apalah Surabaya dengan Jakarta. Sandiaga? Mana bisa orang lembut gitu di Jakarta, begitulah kata beliau saya hanya mendengarkan saja karena tak melihat kesempatan untuk berbicara. Namun beliau melanjutkan Ahok ini beringas di mimbar tapi di atas kertas dia lembek, lihatlah proyek reklamasi. Namun berbeda dengan Jokowi kalau Jokowi terlihat lembek di mimbar tapi dia beringas di atas kertas, lihatlah Archandra Tahar, ketahuan begitu langsung pecat!

Beliau menambahkan, "saya itu dulu ngomong sama Ridwan Kamil kenapa tidak maju ke Jakarta? Kata Kang Emil sayamah cocoknya di Bandung saja. Kang Emil kan arsitek kota dan doktor di Amerika sana dan cocoknya di Kota Bandung bahkan di Jawa Barat saja tidak cocok kata beliau. Lihatlah kecerdikannya Kang Emil membangun taman kota mulai dari kilometer 0 di Savoy Homan sana, sekarang kan kita lihat sudah mau sampai ke Astana Anyar pembangunannya. Itulah kecerdikan Ridwan Kamil dan dia memang cocoknya di Bandung.  Hmm iya iya kata saya, dalam hati sambil membayangkan kontraproduktif dan ketimpangan pembangunan di kota Bandung yang saya ketahui.

Sebenarnya ini adalah obrolan hangat yang cenderung satu arah, ketika orang tua berbicara dengan saya seperti itu, saya memang lebih suka mendengarkan daripada menanggapi. Karena teman saya pernah berkata ketika kita ngobrol dengan orang tua kita akan mendapatkan banyak pelajaran. Memang benar apa kata teman saya, saya mendapatkan banyak pelajaran di pagi hari yang tak terduga itu. Setidaknya dari obrolan tersebut kita bisa mengetahui kalau negeri kita ini adalah makanan empuk para kapitalis. Kebijakan-kebijakan yang dibuat lebih menguntungkan kapitalis daripada rakyat. Mereka jadi penanam modal disini lalu kerja disini dan mengelola hasilnya disini. Meminjam istilah Faisal Basri itulah “Pesta Pora Kapitalis Kroni”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun