Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hantu Kebun Teh

7 Oktober 2019   16:40 Diperbarui: 7 Oktober 2019   16:48 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: easyreverse.com

"Tidurlah! Sudah malam!" Dia menutup pintu keras-keras. Sementara kami saling bersitatap. Kami harus secepatnya menggagalkan rencana mereka. Perlahan aku memperhatikan Dan dan Mar secara bergantian. "Aku seperti mendapat jawaban. Ini seperti puzzle yang berserak. Dan-Mar, Mar-Dan." Aku melihat wajahku di cermin, lalu berteriak sekuat tenaga. "Bukankan namaku "Syah"? Ya,ya, jadi korban selanjutnya itu adalah kami bertiga "Syah-Mar-Dan."

Secepatnya kami mengenakan ransel. Pintu kamar dipaksa buka dari luar. Kami menguncinya rapat-rapat. Kami bergegas turun dari jendela sebelum nyawa kami melayang. Teriakan marah pun membahana di seluruh losmen.

Kami secepatnya meninggalkan losmen. Tapi seketika kami melihat si boncel dan seorang perempuan gemuk, mencak-mencak di jendela. Perempuan gila itu berdiri di jendela. Dia melompat, melayang-layang mengejar kami.

"Lariii, Mar Dan." Kami hampir mencapai pinggir jalan. Fajar sudah turun. Perempuan yang mengejar kami sudah hilang. Kami juga sudah  kehilangan  kesadaran. Besok paginya kami beranikan diri ke rumah tersebut bersama seorang polisi. Ternyata tak kami temukan rumah di sana, selain reruntuhan bangunan. Kami saling bersitatap.

"Tapi teman saya menyarankan ke mari."

"Siapa nama temanmu."

"Sutar."

"Sutar? Oh, dia lelaki yang menghilang di perkebunan teh ini setahun lalu. Dan dia mati. Sekarang tinggal giliran kalian" Polisi itu menjelma perempuan gila itu.

"H-a-hantu! Aargh!" Aku tak ingat apa-apa  lagi.

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun