dulu katamu padi-padi tidak kering, pakaian bau apek, amis selokan singgah ke meja dapur, amarah itu semakin bertanduk, anak kata masakanmu makin nikmat, apakah rasa itu seperti comberan?
kini katamu air sungai kering, PAM bagai bunuh diri, apakah matahari siang kalah terik dari bara di pemanggangan? Atau rindu hujan menghalau asap, kau ingin dunia mengantongi debu, hujan tak turun di sini, melainkan di hati.
aku menyesap air kopi dengan bingung, apakah gula yang kebanyakan atau kita kebanjiran kata pahit, aku bingung menerka yang kau beri, entah roti apa ubi.
mengertilah untuk.memilih jalan, bukan karena ada apanya, tapi tetaplah ikhlas, apa adanya.
Ujung Kata, 1019