Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Air Mata Satu-satu

20 September 2019   15:00 Diperbarui: 20 September 2019   15:10 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.loudwallpapers.com

hanya satu-satu
air mata menunggu di pintu waktu
ketika pergantian
hanya memberi pengertian
tentang masa lalu
masa sedang
dan masa datang
seperti kincir
selalu menuju hulu
pengabdi undur-undur

setiap kali air mata jatuh
tak pula membekas
tanah menjelma  debu hati
terpapas angin senja
tanpa mengulas ulir
seperti masa orang lain terukir
tak pula berwujud gambaran
sebagai arah panah
kompas menuju barat
tempat terbenamnya sang cahaya

hanya satu-satu
air mata menunggu di pintu waktu
air mata sang penipu
larut dalam ragu

Ujung Kata, 919

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun