Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pahit

20 Agustus 2019   18:00 Diperbarui: 20 Agustus 2019   18:04 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

Pertama manis
Apa yang dirasa tentang manis
Tawa
Canda
Sayang
Tak ada berita tentang langit yang terbakar
Tentang bumi yang mendidih
Aku tertawa di jalanan yang rata

Kedua asin
Apa yang menggarami rasa
Tentang lezat percampuran garam dan gula
Kembang-kembang berbagai rupa
Angin yang melambai
Permainan yang membuatku mengerti lagu senja
Gairah pagi menjelang siang
Dan secangkir sup berasa lemak
Adakah kau menyediakan untukku selamanya

Ketiga pedas
Seperti rasanya, sensasi menghangatkan
Berulang membuatku mendecap
Antara rasa manis, asin dan pedas
Kutemukan gurih
Adakah yang lebih nikmat dari ini
Begitu aku menyerah kepada pedas
Besok lusa aku tak bosan mendatanginya
Mencumbunya

Keempat asam
Sesuatu yang membuatku mengerutkan dahi
Tapi alangkah seluruh berwarna
Ketika kuaduk manis, asin, pedas dan asam
Dalam kuali cerita
Dalam langkah-langkah yang kuhela dalam
Pematang kehidupan
Sungguh aku merujak nasib di sini
Menganak sungaikan aurora di seputar pelupuk mata

Manis
Asin
Pedas
Asam
Sepertinya aku melangkah di jalan yang benar
Kau melepasku pergi dengan tawa lapang
Tapi kutahu kau akan menangis di balik tanganmu yang kaku
Aku telah jauh, Bu
Melangkah

Manis
Asin
Pedas
Asam

Aku gamang melaut
Biduk terhempas jala bersengkarut karang
Apa yang telah kau lupa, Bu
Mengeraskannya di hatiku
Di dalam batok kepala
Tentang sesuatu
Rasa

Kata angin ada pahit
Kata ombak ada pahit
Kata badai
Kata onak
Kata bebatu menerjal pejal

Kelima pahit
Sesuatu yang terlambat kukenal
Atau sesiapa tak pernah mengenalkannya kepadaku
Dari bilik jiwa yang longgar
Aku megap dan tenggelam
Aku bodoh
Sama sekali tak tahu bagaimana caranya
Merasakan pahit yang mengigit

Keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan,
Genaplah pahit
Genaplah sakit
Genaplah perih terselip di edar matahari
Bercahaya Sempit

Ujung Kata, 819

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun