Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Selintas Cinta (I)

16 Agustus 2019   15:49 Diperbarui: 16 Agustus 2019   16:07 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Papa? Papa ini kenapa? Kenapa ngesot?" Istri mengguncang-guncang tubuhku. Ucapannya seperti di awang-awang, hilang tenggelam. Seperti kelapa hanyut di sungai, hilang terbenam.

Aku menceracau sambil memejamkan mata. "Kenapa tanganku kesemutan? Kenapa kakiku kesemutan?"

"Pa, ngucap, Pa!" jerit istri. Dia berlari ke ruang tengah. Pintu rumah tetangga dia gedor. Aku tiba-tiba terpejam. Tidur. Tak ingat apa-apa.

Setelah tangan halus menyentuh lenganku, barulah aku tersadar. Mata kubuka sedikit. Samar melihat siapa di depanku. Aku ingin menjawab pertanyaan orang itu, tapi hanya ceracauan yang keluar. Antara menyebut sakit dan rumah sakit.

"Kita ke rumah sakit saja, ya?" kata orang itu.

"Huh!" Aku menjawab seperti mengeluh. Aku mencoba berdiri, tapi tubuh sebelah kananku tak bergerak. Aku tercekat. Aku lumpuh.

"Waduh! Dia ini terkena stroke. Cepat bawa ke rumah sakit!" Orang itu melingkarkan lengan kiriku di lehernya, dan seakan menyeretku ke luar rumah. Seorang yang lain sudah menunggu di dalam mobil.

"Cepat kita bawa ke rumah sakit! Nanti keburu terlambat!" Entah siapa yang bicara aku tak tahu. Mataku terpejam. Tubuhku seketika menggigil antara tak tahan sentuhan angin malam dan deru ac yang menyembur badan.

"Ke mana kita?" Seseorang bertanya. Seseorang yang lain menyebutkan nama sebuah rumah sakit. Mataku tetap terpejam. Ac sudah dimatikan.

Aku coba membelalak, tapi lalu-lalang lampu kendaraan bermotor zig-zag dan membuat mataku pedih. Isi perut kurasakan bergoncang. Badanku oleng ke kanan, oleng ke kiri.

Sebentar mobil berhenti karena aku ingin membuang air kecil. Ternyata, ya Rabb. Aku juga tak bisa kencing seperti biasa. Aku masih di atas jok mobil, dan buru-buru istri mengambil botol air mineral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun