Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kloaka

14 Agustus 2019   17:00 Diperbarui: 14 Agustus 2019   17:08 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

kloaka, teruslah mengepundan
o, betapa yang terlahir dari rerumputan
mengakar dari rahim sejarah
seperti ini, ketika tanah dijadikan pacuan
angin menjelma kertap-kertap sayap sang jalang
orang-orang berebut pisau
di pagi buta sengaja membunuh dengan kata-kata
dengan kuasa merangsek setiap jeda adalah pitingan
adalah tikaman yang menerabas sesak perih dan nyeri

telah lama kota lupa di mana ia tumbuh
lupa pada pantai yang menunggu ombak
lupa pada rawa yang menunggu pasang
lupa pada sungai yang bila kalap dia menjelma batu
bila geram ia menyeruduk serupa pencabut nyawa

dan desa-desa tertinggal dalam kesakitan
digerus oleh lindasan pacu yang tajam
menyilat segala kutukan
kekuasaan membuat dendam yang merasuk
merusak, mendidih dalam rahim kehidupan
seperti kataku, kloaka akan terus mengepundan

kloaka
mengepundan
pecah meletup
di situlah orang-orang
berebut tahi kebinatangan
di situlah masa kekerasan melumat kekuasaan
dengan kekuatan massa
kekuatan amarah kloaka

Ujung Kata, 819

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun