Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pedro

30 Juni 2019   21:35 Diperbarui: 30 Juni 2019   21:45 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Pukul sebelas siang sekolah lebih cepat bubaran karena ada rapat guru. Aku berjalan ke arah pabrik Madri. Tapi pabrik sedang tak beroperasi. Akhirnya kuayunkan langkah pulang ke rumah. 

Di halaman depan, tiga adikku sedang bermain congklak. Hampir saja aku masuk lewat pintu samping, kalau saja aku tak mendengar ibu sedang berbicara dengan seseorang.

"Nah, ini foto anakku yang paling besar.  Namanya Pedro. Aku amat sayang kepadanya. Tingkahnya mirip Sam mendiang suamiku. Gigih bekerja. Tapi kalau nggak ditegasin,  suka cengeng orangnya. Aku sangat terbantu oleh kegigihannya. Kau tahu nggak, segala uang hasil jerih-payahnya, seperti berjualan asongan, kusimpan di bank. Aku ingin kelak uang itu bisa dia pergunakan." Hening. Ibu berdehem. "Aku terkadang merasa sering merasa bersalah terlalu tegas kepadanya."

Hatiku trenyuh. Begitu luhurkah hati seorang ibu yang kumusuhi selama ini? Aku ingin memeluknya, bersimpuh di kakinya.

Perlahan kubuka pintu.

"Pedro!"


---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun