Mohon tunggu...
Rifan Bilaldi
Rifan Bilaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Yuk! Tingkatkan kualitas pendidikan dan mengenal serta belajar bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Museum Kata

3 September 2021   11:40 Diperbarui: 3 September 2021   11:44 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokpri diolah melalui Canva

Bicara soal museum tentu tidak asing bagi kita semua. Sebagian masyarakat Indonesia pernah berkunjung ke museum, entah secara personal maupun secara kolektif, yaitu dari sekolah, atau dari instansi tertentu.

Museum adalah tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah di masa lampau yang sudah tidak lagi digunakan, agar dapat mengenang kemurnian dan sejarah benda tersebut, maka dimuseumkan agar awet.

Museum yang ini berbeda dengan museum yang lain, museum ini adalah museum kata. Museum kata? di mana? saya tidak pernah tahu, di daerah mana? tidak ada habisnya menanggapi keheranan ini.

Museum kata tidak memiliki bangunan seperti museum-museum lainnya, tidak perlu bayar untuk melihatnya, tidak perlu mencari ke mana-mana bangunan museumnya. Sebab, museum kata lahir atas dasar kepedulian masyarakat terhadap bahasa Indonesia yang lampau.

Kata dalam bahasa Indonesia sebanyak 127 ribu kata, tidak semua kata digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam bercakap. Oleh karena itu, kata-kata yang telah lampau, dimuseumkan.

Ada banyak kata yang telah usang bahkan tidak digunakan lagi atau jarang digunakan. Kata tersebut ada di dalam bahasa arkais. Bahasa arkais adalah bahasa kuno, bahasa yang lebih awal digunakan oleh umat manusia dan sudah tidak lagi dipakai. Oleh karena itu, kata tersebut adalah kata yang antik, sama halnya seperti benda sejarah lainnya.

Kata arkais sudah jarang digunakan oleh masyarakat karena seiring berkembangnya zaman dan sudah tidak ada penutur aslinya. Maka itu, sesuatu dalam kebahasaan yang sudah jarang atau tidak digunakan lagi disebut dengan 'arkaisme'. Lantas di manakah keberadaan kata ini? Apa saja kata-kata tersebut.

Mengapa saya katakan bahwa kata ini telah dimuseumkan, karena kata ini sudah jarang atau tidak lagi digunakan, bahkan untuk generasi z saja tidak tahu keberadaan kata ini dan apa saja kata-kata tersebut.

Carilah kata-kata tersebut di museum kata. Museum kata ini berada di laman KBBI daring ataupun luring (aplikasi KBBI V) pada bagian kategori arkais. Pada bagian kategori tersebut banyak kata-kata arkais di simpan.

Contoh beberapa kata arkais.

1. (n) Abaimana yang berarti (1) dubur; (2) kemaluan.

2. (v) Abid yang berasal dari bahasa Arab yaitu 'Abada' yang berarti menyembah; merendahkan diri; khidmat; dan taat, yang diserap menjadi abid yang memiliki arti serapan (1) v. beribadah; (2) n. orang yang taat kepada Tuhan; orang saleh.

3. (v) Baban yang berarti (1) mengajar; (2) mendidik.

4. (a) Anggara yang berarti (1) liar dan (2) buas.

5. (n) Ahkam berasal dari bahasa Arab yang artinya hukum atau undang-undang.

6. dst.

Masih banyak kata-kata arkais lainnya yang bahkan tidak lazim sudah tidak lagi digunakan atau jarang lagi dipakai. Penggunaan kata arkais masih bisa dapat ditemukan pada sebuah karya tulis sastra yang penulisnya masih setia dalam menggunakan kata arkais.

Penggunaan kata arkais untuk melestarikan budaya kata-kata lampau di Indonesia. Oleh karena itu, museum kata ini berbeda dengan museum lainnya yang belum tentu barangnya bisa dipakai kembali. Namun, museum kata ini isinya bisa dipergunakan kembali asal pada konteks yang tepat.

Semoga bermanfaat.

Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun