Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Larut Rindu Semakin Menyatu

2 Maret 2021   15:10 Diperbarui: 3 Maret 2021   09:47 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tersesat dalam kabut wabah
ribuan orang kehilangan rindu
tanah subur, kecipak ikan
tak ada buah kepulangan, anyir sungai
pada rindu berkepusu
di rusuk ingin melihat nyiur melambai
dahaga membadai

duhai, lapar-dahaga bisa terpuaskan
ketika tiba meja ditimbun juadah
tangan-tangan menadah
belum pernah tersesat dalam selera
perempuan-perempuan mengirim candu rindu
cita rasa

duhai, kangen tak bisa dikurangkan
ketika petualang jalan mengular di sela keringat
klakson menyalak adalah tarikh kepuasan
tapi semua hanya mimpi
menghitung detak jam mengurung ingin
hati terpilin dingin

saatnya belajar menggarami rasa
meski laut tak lagi bersandar di pantai
saatnya rindu adalah syair
biarkan semua kangen lepas dalam aksara
ribuan penyair tumbuh, ode kampung melambung

setiap kata adalah tuas semangat
besok kami pulang setelah luka lekang
rindu tak terhalang, terpuas tak kurang
pada sebuah perjuangan memahami rasa
merawat rindu yang tetap akan pergi ke hulu

Plg, 2804'20

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun