Mohon tunggu...
muhammad rifa'i
muhammad rifa'i Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa STAI Diponegoro Tulungagung

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Sang Pemimpi

18 September 2014   23:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:17 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ini berawal dari sebuah kisah seorang laki-laki yang ingin mendambakan datangnya sebuah cinta dalam kehidupannya. Namun, hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang telah diharapkannya. Tak satupun cinta menghampirinya. Sehingga ia memutuskan untuk membuang  jauh-jauh harapannya ini. Pada akhirnya hatinya diselimuti oleh kegelapan. Hari-harinya terasa kosong, mati rasa dan tak berdaya. Hal ini membuat timbulnya perasaan benci. Ia memandang segala dunia dengan mata penuh kebencian.

Akibatnya ia menjadi menjadi pobhia sosial. Ia ingin jauh dari segala keramaian. Pada akhirnya individualisme menjadi sebuah idologi yang dianutnya. Ia merasa muak dengan semua orang. Ia menjadi gila dan terus berkhayal sebagai bentuk pelarian diri dari impian dan cinta yang sulit dicapai. Merasa dunia ini tidak memberikan tempat baginya ia menulis sebuah catatan-catatan yang berisi pernyataan bahwa ia tak kan pernah percaya dengan cinta. Yang isinya sebagai berikut:

Apakah benar didunia ini ada cinta? Tidak, dunia ini bagiku adalah sebuah beban. Dikepala terasa sakit kalau memikirkan tentang kehidupan. Mungkin lebih tepatnya aku adalah seorang Iblis yang dipenuhi rasa benci. Cinta itu palsu, cinta itu tipuan, dan tipuan itu dosa. Berarti cinta itu membuat seseorang dosa. Bisakah hanya dengan melihat orang bahagia dengan cinta membuatku percaya? Hah, aku tak yakin itu. Didunia ini tidak ada cinta. Percaya dengan cinta itu adalah perbuatan nihil dan tak berguna.

LOVE KILLER

Fikiran yang selalu dipenuhi kegundahan

Jiwa yang selalu terombang-ambing dalam…

Roda kehidupan

Mati rasa hilang asa didalam benak

Bingung sulit diungkapkan kata-kata

Jati diri yang sudah hilang

Langkah selalu dituntun amarah

Logika selalu tak berdaya

Ya… akulah sang patung

Duduk terdiam dan merenung

Diri dan hasrat yang terkurung

Merasa hangat dan nyaman didalam sarung

Dibalik kehidupan yang selalu berkabung

Aku melewati tiga masa

Meniti jalan penuh derita

Menunbuhkan kebencian yang membara

Yang tak pernah percaya dengan cinta

Tiada kata cinta dihati

Bahkan sebesar biji sawi

Takkan kubiarkan bersemi

Hangus terbakar oleh benci

Apakah akhir dari kehidupan laki-laki tersebut? Seseorang tak kan pernah tahu. Karena hidup berjalan bukan atas dasar kemaunnya. Akan tatapi kehendak yang maha kuasa.

Kita sadar bahwa kehidupan ini bukan milik kita tapi mlikNYA. Kita tidak bisa protes dengan apa yang telah diberikan olehNYA kepada kita. Cinta, kebahagian, dan kebencian semua diatur olehnya. Yang hanya bisa dilakukan menerima semua keadaan yang telah Dia berikan. “kita sendiri tidak punya hak terhadap diri kita”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun